Sunday, November 16, 2014

Blusukan, pencitraan atau ??

| | 0 respons

Beberapa hari terakhir ini acara berita menjadi sangat menarik bagi saya. Beberapa acara berita hampir semuanya membahas topik yang sama. Arsyad yang ditahan karena membuat karikatur yang dianggap menghina presiden hingga membuat ibunya bersujud di hadapan pers untuk meminta maaf atas perbuatan anaknya, dualisme kepemimpinan DPR antara KIH dan KMP, blusukan Jokowi dan menteri-menteri kabinetnya hingga yang paling terbaru adalah kebijakan pemerintah Jakarta tentang pelarangan untuk para pengendara motor melintasi kawasan Bundaran Hotel Indonesia. Semua topik diatas menjadi sangat menarik bagi saya, apalagi tentang sengketa yang belum juga bisa terselesaikan antara KIH dan KMP. Benar-benar seperti sebuah film horor thriller yang menyimpan misteri, pemilu 2014 benar-benar event lima tahunan yang menciptakan efek berkepanjangan kali ini. Jujur saja, saya sendiri bukan penyuka Jokowi, tapi juga bukan penghamba Prabowo. Kali ini, saya akan sedikit memberikan analisis saya tentang fenomena blusukan yang kini seolah-olah menjadi agenda utama Jokowi dan menteri-menteri di kabinetnya. Tentunya, saya akan berusaha menjadi netral dalam analisis saya, tidak menjadi RCTI, TV-One atau Metro Tv yang semenjak pemilu 2014 juga sangat dipertanyakan netralitas dan integritasnya.

Blusukan, kegiatan mendatangi dan berinteraksi langsung dengan masyarakat umum ini dipopulerkan oleh Presiden kita yang baru saja dilantik, Ir. H. Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi. Kegiatan yang populer sebagai agenda kampanye presiden 2014 ini ternyata tidak hanya sering dilakukan oleh Bapak Presiden kita, kali ini kegiatan ini juga mulai digandrungi oleh menteri-menteri yang berada dalam lingkaran kabinetnya. Beberapa hari berturut-turut, siaran berita televisi dan media-media online menyorot kegiatan beberapa menteri yang busukan dengan mendatangi pasar, pelabuhan atau kmapung-kampung yang sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Saking banyaknya menteri yang melakukan kegiatan ini, pertanyaan mulai timbul bagi masyarakat Indonesia, perdebatan tentang efektifitas program blusukan juga mulai ramai diperbincangkan masyarakat. Perdebatan yang paling banyak terdengar adalah tentang tujuan blusukan itu sendiri, Sebuah cara petinggi-petinggi Negara menunjukan perhatiannya terhadap masyarakat kelas bawah atau sebuah "ritual wajib" untuk mempertahankan eksistensi mereka?

Beberapa kelompok masyarakat menganggap blusukan hanyalah rutinitas tidak penting untuk mempertahankan eksistensi para petinggi dan sebuah program wajib untuk membuat menteri tetap memiliki nilai baik dimata masyarakat. Bagaimana tidak, Negara merah putih yang ramah ini, tentulah akan sangat bahagia jika petinggi-petingginya juga orang yang ramah, akrab dengan masyarakat kelas bawah yang banyak mendominasi negara ini.

Beberapa orang lainnya memiliki anggapan berbeda tentang fenomena blusukan ini, blusukan dianggap mereka sebagai bukti nyata bahwa petinggi-petinggi kita adalah orang yang rajin, giat bekerja dan memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakatnya. Beberapa orang yang mengaku menjadi fans berat para petinggi ini, bahkan merasa sangat bangga dengan mengatakan, "Lihatlah, aku tidak salah coblos orang pada pemilu kemarin. Dia benar-benar orang yang ramah dan bertanggung jawab, sangat memikirkan rakyatnya." Tentu saja, wajah si pemilik telinga yang baru saja mendapat pujian ini merona bukan kepalang demi mendengarkan pujian mantap dari penggemarnya itu.

Lalu sebenarnya, pentingkah program blusukan itu?

Beberapa tahun belakangan ini, pemerintah kita sering sekali melakukan beberapa hal yang efektifitasnya sangat rendah, Bahkan beberapa kegiatan dengan dana milyaran juga sering kali dianggap tidak berguna. Seperti halnya blusukan, tiga tahun yang lalu, pembangunan toilet DPR dengan dana hampir 20 Milyar juga menarik perhatian banyak kalangan masyarakat, sebagian besar masyarakat beranggapan dana yang bisa digunakan untuk program kesejahteraan desa-desa tertinggal itu terlalu berlebihan jika hanya digunakan untuk memperbaiki toilet mewah DPR yang jika diamati masih sangat bagus dan belum perlu diperbaiki. Tidak hanya pembangunan toilet dan banggar DPR yang menarik perhatian waktu itu, rapat-rapat besar yang menelan dana milyaran juga dianggap tidak berguna. Rapat yang seharusnya berisi otak-otak segar anggotanya justru berjalan tanpa manfaat, beberapa wakil kita asyik dengan smartphonenya dan beberapa diantaranya asyik bermimpi dengan mata terpejam.

Tahun ini, fenomenanya sedikit berbeda, blusukan tentu saja tidak membutuhkan dana sebanyak itu. Tapi, blusukan tetap saja menciptakan kontroversinya sendiri, memancing pendapat dari berbagai kalangan, pendukung, pembenci atau bahkan yang berdiri dalam pihak netral sekalipun. 

Blusukan, sebuah kegiatan yang sebenarnya akan sangat efektif untuk membangun citra pemerintah ini bisa menjadi media yang sangat baik untuk membangun komunikasi antara pemerintah dengan masyarakatnya. Sebuah kegiatan yang tentu saja akan sangat berpengaruh untuk membuat kebijakan dan peraturan baru. Melalui blusukan, pemerintah seharusnya mengerti apa yang diinginkan dan diharapkan masyarakat dan lebih lanjutnya, pemerintah akan mengerti bagaimana seharusnya membuat kebijakan. Tapi sayangnya, sebagian besar masyarakat terlanjur beranggapan bahwa blusukan adalah rutinitas dan ageda membosankan milik pemerintah. Yah, karena masyarakat Indonesia yang tengah beranjak cerdas ini sudah bosan dicekoki kedok kebaikan pemerintah kita. Seharusnya, pemerintah bisa tetap menjadikan blusukan sebagai kegiatan yang menyenangkan bagi masyarakatnya, bukan kegiatan membosankan tanpa manfaat.
leer más...

Monday, October 27, 2014

Best Friend in Tangerang

| | 0 respons

Ini sahabat2 terbaik gw, temen2 terbaik saat gw disini. Gw pernah bahagia bareng mereka, seneng bareng mereka dan konyol bareng mereka. Yes, they are so important in my life. Actually, there are some friends who I don't know them very much but they will always bring me such happiness. So happy when I see them. Yeah, here they are.

DIAN RIDHO PRATIWI

My best sister here. Tadinya kita kost bareng disini, tapi karena dia pindah kerja, akhirnya dia pindah kost ke Kemanggisan. She is very good sister and always there for me when I need her.
Gak cuma selalu ada buat gw, apapun yang gw butuhin selalu dia yang menyediakan. Dia ini udah semacem kaya malaikat buat gw. Yah, walaupun dia gendut... hahaha. Biarlah, malaikat langsing kan udah terlalu mainstream.

Dia sering minjemin motornya ke gue, beliin makanan buat gue, minjemin gue duit, terus yang bikin gue terharu dia juga merelakan dirinya diganggu oleh orang2 entah berantah gara2 nomer hapenya gue pake buat promosiin CV gw disalah satu situs jual beli (rada ga nyambung ya?) Whatever, dia kaka yang baik, sahabat yang baik dan perempuan yang sangat mudah galau. Hatinya benar2 hati hello kitty walaupun kadang sok2an menutupinya dengan ketegaran yang dibuat-buat :p




JUAN LOPEZ

Ini ade2an gw. Juan Lopez, bokapnya gitaris band Rock n Roll makanya namanya gahool gitu. Itu beneran lho, nama aslinya dia. Bokapnya, gw gak tau namanya siapa. Dia ini pinter, jago banget bahasa inggrisnya, baik hati dan... rambutnya wangi. Hahaha.
Actually, he is really good boy. Pernah ditigain ama pacarnya gara2 kepolosannya yang luar biasa, selalu bolos dihari selasa gara2 males ama pelajaran bahasa arab. Konyol, tapi dia yang sering khawatir ama gue. Nanyain gue udah makan apa belum, mau makan apa gak, bilang dirumahnya banyak makanan n gw mau dibawain apa gak. Huh, kesannya gue orangnya doyan banget makan ya ampe semua yang deket ama gue urusannya makan mulu. 

Gw sayang banget ama dia, benar-benar adik yang menyenangkan. Hobinya main game luna ama dota, jarang makan nasi tapi kalau minta duit alasannya buat beli nasi mulu.




AHMAD FAUZI

Call him Silay. I don't know what the reason behind of that karena dari awal gua kenal emang dia dipanggil begitu. Anaknya ganteng (makanya gua gak mau pasang foto yang keliatan wajahnya takut banyak yang minta nomer hapenya), santai dan sebenarnya gak terlalu care sama penampilan. Cuma mungkin akhir2 ini dia lagi jatuh cinta jadi benar2 merubah dirinya menjadi cowok metroseksual yang peduli banget sama penampilan. 

Lagi-lagi, dia sering bawain gue makanan dan gak pernah sayang kalau masalah duit. Tapi yah gitu, dianya baru SMA jadi duitnya juga masih minta orang tuanya. 

Dia seneng banget berpetualang, jalan-jalan ke tempat yang pemandangan alamnya indah dan keren. Tapi dia lebih suka jalan sendiri dan akhirnya gue cuma dibikin iri saat dia pamer foto2 selfienya. Yah, dia bilang jalan2 sendiri tuh bebas. Lu bisa nentuin kapan aja lu mau pulang, lu mau pindah spot. Pokoknya, intinya bebas. Yah, anaknya rada pendiem tapi bener2 mencintai kebebasan.  




SATRIA ANGGARA

Call him, Nasir. Gak tau juga kenapa dia dipanggil gitu. Ade2an gue yang satu ini kadang menyebalkan, abis suka maksain kemauannya sendiri. Maklum, mungkin karena dia anak orang kaya yang selalu dituruti segala kemauannya. Dia selalu aja beliin apa yang gua mau. Apalagi makanan, karena dia juga makan mulu kaya gua.
Dia anak yang baik, jarang bolos tapi sering gak berangkat sekolah karena kesiangan (apa bedanya?). Tapi kalau dia gak berangkat orang tuanya tahu ko. Hobinya main game di warnet dan ngebayarin temennya. Kadang kadihan juga sih ama ade gue yang satu ini abis kesannya jadi kaya dimanfaatin ama temennya yang suka minta dibayarin. Pengen sih nasihatin dia, tapi bukan urusan gue juga sih. Itu kan duit dia, hehehe. Gue sendiri jarang minta dibeliin makanan ama dia kecuali kalau udah kepengen banget kaya orang ngidam. hahaha, anyway...he is a good boy :)



ALFIS SYAHRIN

Ade2an gua lagi, yang paling konyol and nyolot ama gue. Asal ngelihat gue makan pasti diminta, berani banget dah pokoknya. Kalau gue bilangin sih iya-iya doang tapi gatau deh, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Hobi banget selfie ama nari2 gak jelas. Kayanya dulu pas balita dia menang kontes balita sehat. Hahahaha. 
Masih banyak lagi temen2 gue. Tapi berhubung gue lagi gak mood nulis sekarang mungkin ntar gue lanjutin. Hari ini gue bakal ninggalin Tangerang, tapi kenangan mereka tetep bakal ada. Bahkan kemanapun gue pindah, mereka akan selalu ada.
leer más...

Friday, October 17, 2014

TALCOTT PARSONS DAN PEMIKIRANNYA

| | 1 respons

Biografi singkat
Talcott Parsons dilahirkan di Colorado Springs, Colorado, USA pada 13 Desember 1902 dan meninggal pada 8 Mei 1979 di Munich, Jerman pada usia 76 tahun. Dia adalah seorang sosiolog yang cukup terkenal dengan pemikiran-pemikirannya. Parsons lahir dalam sebuah keluarga yang memiliki latar belakang yang saleh dan intelek. Ayahnya adalah seorang pendeta gereja kongregasional, seorang profesor dan presiden dari sebuah kampus kecil. Pada tahun 1920 ia masuk ke Amherts College dan mendapatkan gelar sarjananya pada tahun 1924. Setelah itu, ia melanjutkan studi pasca sarjana di London School of Economics. Pada tahun 1925, Parsons pindah ke Heidelberg, Jerman. Di kota ini, ia ikut serta dalam sebuah pertemuan-pertemuan yang didirikan oleh MaxWeber yang wafat lima tahun sebelum kedatangannya. Parsons sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan sebagian desertasi doktoralnya di Heidelberg membahas karya Weber. Pada tahun 1927, ia menjadi instruktur dalam ekonomi di Amherts. Parsons menjadi pengajar di Harvard pada tahun 1927, dan meskipun ia berpindah jurusan beberapa kali, Parsons tetap berada di Harvard sampai dengan ia wafat pada tahun 1979. Perjalanan kariernya tidak pesat. Ia tidak memperoleh posisi tetap sampai dengan tahun 1939. Dua tahun sebelumnya yakni pada 1937, ia mempublikasikan sebuah buku yang menjadi dasar bagi teori-teorinya, yaitu buku The Structure of Social Action. Satu buku yang tidak hanya memperkenalkan teoritisi-teoritisi sosial utama semisal Weber kepada sosiolog lain.
Sesudah itu karier akademis Parsons maju pesat. Sejak tahun 1944, ia menjadi ketua jurusan sosiologi di Harvard, Amerika Serikat. Pada tahun 1946, ia menjadi ketua jurusan hubungan sosial di universitas tersebut, yang tidak hanya memasukkan sosiolog, tetapi juga berbagai sarjana ilmu sosial lainnya. Pada tahun 1949, ia dipilih sebagai Presiden Assosiasi Sosiologi Amerika. Dan pada tahun 1951 ia menjadi tokoh dominan sosiologi Amerika seiring dengan terbitnya buku karyanya The Social System. Pada akhir 1960-an, Parsons mendapat serangan oleh sayap radikal sosiologi Amerika yang baru muncul, karena ia dipandang konservatif (dalam sikap politiknya maupun teori-teorinya). Selain itu teori-teorinya juga dipandang hanya sebagai skema kategorisasi panjang-lebar yang rumit.
Pada tahun 1980-an, teori-teorinya diminati di seluruh dunia. Menurut Holton dan Turner (1986), karya-karya Parsons memberikan kontribusi lebih besar bagi teori sosiologi, daripada Marx, Weber maupun Durkheim. Selain itu, ide-ide pemikiran Parsons maupun teori-teorinya, tidak hanya mempengaruhi para pemikir konservatif namun juga teoretisi Neo-Marxian (khususnya Jurgen Habermas)
Setelah kematian Parsons, sejumlah bekas mahasiswanya, semuanya sosiolog sangat terkenal, merenungkan arti penting teorinya maupun pencipta teori itu sendiri. Robert Merton, adalah salah seorang mahasiswanya ketika Parsons baru saja mulai mengajar di Harvard. [4] Merton menjadi teoritisi terkenal karena teori ciptaannya sendiri, menjelaskan bahwa mahaiswa pascasarjana yang datang ke Harvard, di tahun-tahun itu bukan hendak belajar dengan Parsons tetapi juga dengan Sorokin,salah seorang anggota senior jurusan sosiologi yang menjadi musuh utama Parsons. Celaan Merton mengenai kuliah pertama Parsons dalam teori juga menarik, terutama karena materi yang disajikan adalah basis untuk salah satu buku teori yang paling berpengaruh pada sosiologi.
Berdasarkan semua hasil karyanya, Talcott Parsons adalah tokoh fungsionalis struktural modern terbesar hingga saat ini.

Teori dan Pemikiran
Teori Fungsionalisme struktural
 Pendekatan fungsional berusaha untuk melacak penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi mempengaruhi diri mereka. Pendekatan ini merupakan suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang.
Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi. Fungsi dikaitkan sebagai segala kegiatan yang diarahkan kepada memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Ada empat persyaratan mutlak yang harus ada supaya termasuk masyarakat bisa berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan Latency.
Demi keberlangsungan hidupnya, maka masyarakat harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yakni;
1. Adaptasi (adaptation): supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya.
2. Pencapain tujuan (goal attainment): sebuah sistem harus mampu menentukan tujuannya dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu.
3. Integrasi (integration): masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal.
4. Latency atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada: setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan mepertahankan motivasi-motivasi itu.
a. Sistem Tindakan
Sistem tindakan diperkenalkan Parsons dengan skema AGIL-nya yang terkenal. Parsons meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tindakan hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain. Kesatuan antara bagian itu pada umumya mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain, bagian-bagian itu membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan atau maksud tertentu.
1) Sistem organisme biologis (aspek bilogis manusia sebagai satu sistem), dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan.
2) Sistem kepribadian, melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
3) Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu.
4) Sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.
Sedangkan defenisi sistem-sistem di atas menurut Talcott Parsons adalah sebagai berikut:
a) Sistem organisme atau aspek biologis dari manusia. Kesatuan yang paling dasar dalam arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang termasuk ke dalam aspek fisik ini ialah lingkungan fisik di mana manusia itu hidup.
b) Sistem kepribadian. Kesatuan yang paling dasar dari unit ini ialah individu yang merupakan aktor atau pelaku. Pusat perhatiannya dalam analisa ini ialah kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap-sikap, seperti motivasi untuk mendapat kepuasan atau keuntungan.
c) Sistem sosial. Sistem sosial adalah interaksi antara dua atau lebih individu di dalam suatu lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas antara individu-individu melainkan juga terdapat antara kelompok-kelompok, institusi-institusi, masyarakat-masyarakat, dan organisasi-organisasi internasional. Sistem sosial selalu terarah kepada equilibrium (keseimbangan).
d) Sistem budaya. Dalam sistem ini, unit analisis yang paling dasar adalah kepercayaan religius, bahasa, dan nilai-nilai.
b. Skema Tindakan
Empat komponen skema tindakan:
1) Pelaku atau aktor: aktor atau pelaku ini dapat terdiri dari seorang individu atau suatu koletifitas. Parsons melihat aktor ini sebagai termotivisir untuk mencapai tujuan.
2) Tujuan (goal): tujuan yang ingin dicapai biasanya selaras denga nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
3) Situasi: tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi. Hal-hal yang termasuk dalam situasi ialah prasarana dan kondisi.
4) Standar-standar normatif: ini adalah skema tindakan yang paling penting menurut Parsons. Guna mencapai tujuan, aktor harus memenuhi sejumlah standar atau aturan yang berlaku.
c. Perubahan Sosial
Konsep perubahan sosial Parsons bersifat perlahan-lahan dan selalu dalam usaha untuk menyesuaikan diri demi terciptanya kembali equilibrium. Dengan kata lain, perubahan yang dimaksudkan oleh Parsons itu bersifat evolusioner dan bukannya revolusioner. Konsep tentang perubahan yang bersifat evolusioner dari Parsons dipengaruhi oleh para pendahulunya seperti Aguste Comte, Hebert Spencer, dan Emile Durkheim.
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi satu kesatuan atas dasar kesepakatan dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu system yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan sekumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan memiliki ketergantungan. Talcott Parsons menggunakan pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan yang ada di Amerika, juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Hal tersebut di ataslah yang menyebabkan Teori Fungsionalisme Talcott Parsons bersifat kompleks. Teori Fungsionalisme Struktural mempunyai latar belakang kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan struktur social dan berpandangan tentang adanya keteraturan dalam masyarakat.
Teori Fungsionalisme Struktural Parsons mengungkapkan suatu keyakinan yang optimis terhadap perubahan dan kelangsungan suatu sistem. Akan tetapi optimisme Parsons itu dipengaruhi oleh keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia II dan kembalinya masa kejayaan setelah depresi yang parah itu. Bagi mereka yang hidup dalam sistem yang kelihatannya mencemaskan dan kemudian diikuti oleh pergantian dan perkembangan lebih lanjut maka optimism teori Parsons dianggap benar. Sebagaimana dinyatakan oleh Gouldner (1970:142) bahwa untuk melihat masyarakat sebagai sebuah firma, yang dengan jelas memiliki batas-batas strukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori baru Parsons, adalah tidak bertentangan dengan pengalaman kolektif, dengan realitas personal kehidupan sehari-hari yang sama-sama kita miliki.
Teori Struktural Fungsional mengasumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir teori fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Terdapat beberapa bagian dari sistem sosial yang perlu dijadikan fokus perhatian, antara lain: faktor individu, proses sosialisasi, sistem ekonomi, pembagian kerja dan nilai atau norma yang berlaku.
Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-tekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna. Artinya, teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi yang akan berlangsung seperti sebuah siklus yang akan mewujudkan keseimbangan baru. Variable yang menjadi perhatian teori ini adalah struktur sosial serta berbagai dinamikanya. Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam maupun dari luar sistem sosial.
Gagasan-gagasan inti dari fungsionalisme ialah perspektif holistis (bersifat menyeluruh), yaitu sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh bagian-bagian demi tercapainya tujuan-tujuan dari keseluruhan, kontinuitas dan keselarasan dan tata berlandaskan consensus mengenai nilai-nilai fundamental.
Teori fungsional ini menganut faham positivisme, yaitu suatu ajaran yang menyatakan bahwa spesialisasi harus diganti dengan pengujian pengalaman secara sistematis. Sehingga dalam melakukan pengkajian haruslah mengikuti aturan ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian, fenomena tidak didekati secara kategoris berdasarkan tujuan membangun ilmu dan bukan untuk tujuan praktis. Analisis teori fungsional bertujuan untuk menemukan hukum-hukum universal (generalisasi) dan bukan mencari keunikan-keunikan (partikularitas). Dengan demikian, teori fungsional berhadapan dengan cakupan populasi yang amat luas, sehingga tidak mungkin mengambilnya secara keseluruhan sebagai sumber data. Sebagai jalan keluarnya, agar dapat mengkaji relitas universal tersebut maka diperlukan representasi dengan cara melakukan penarikan sejumlah sampel yang mewakili. Dengan kata lain, keterwakilan (representatifitas) menjadi sangat penting.
Pendekatan fungsionalisme – struktural dapat dikaji melalui anggapan-anggapan dasar berikut ini.
1. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain.
2. Hubungan saling mempengaruhi di antara bagian-bagian suatu sistem bersifat timbal balik.
3. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah keseimbangan yang bersifat dinamis.
4. Sistem sosial senantiasa berproses ke arah integrasi, sekalipun terjadi ketegangan, disfungsi dan penyimpangan.
5. Perubahan-perubahan dalam sistem sosial, terjadi secara gradual (perlahan-lahan atau bertahap), melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak revolusioner.
6. Faktor paling penting yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah konsensus atau mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
Demi memudahkan kajian teori-teori yang digagas Parsons, Peter Hamilton berpendapat bahwa Teori Parsonsian dapat dibagai ke dalam 3 fase.
1. Fase Permulaan. Fase ini berisi tahap-tahap perkembangan atas teori Voluntaristik (segi kemauan) dari tindakan sosial dibandingkan dengan pandangan-pandangan sosiologi yang positivistis, utilitarian, dan reduksionis.
2. Fase Kedua. Fase ini berisi gerakannya untuk membebaskan diri dari kekangan teori tindakan sosial yang mengambil arah fungsionalisme struktural ke dalam pengembangan suatu teori tindakan kebutuhan-kebutuhan yang sangat penting.
3. Fase Ketiga. Fase ini terutama mengenai model sibernetik (elektronik pengendali) dari sistem-sistem sosial dan kesibukannya dalam mendefinisikan dan menjelaskan perubahan sosial.
Dari ketiga fase tersebut, dapat dinyatakan bahwa Parsons telah melakukan tugas penting, yaitu: ia mencoba untuk mendapatkan suatu penerapan dari sebuah konsep yang memadai atas hubungan-hubungan antara teori sosiologi dengan ekonomi. Ia juga mencari kesimpulan-kesimpulan metodologis dan epistemologis dari apa yang dinamakan sebagai konsep sistem teoritis dalam ilmu sosial. Ia mencari basis-basis teoritis dan metodologis dari gagasan tindakan sosial dalam pemikiran sosial.

4 Fungsi Imperatif Sistem Tindakan (AGIL)
Poloma menyatakan bahwa dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat empat (4) fungsi untuk semua sistem tindakan. Secara sederhana fungsionalisme struktural adalah sebuah teori yang pemahamannya tentang masyarakat didasarkan pada model sistem organik dalam ilmu biologi. Artinya, fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu bagian tidak bisa dipahami terpisah dari keseluruhan. Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar sebuah sistem bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah: Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Latensi atau yang biasa disingkat AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency).
1. Adaptasi.
Sebuah sistem ibarat makhluk hidup. Artinya agar dapat terus berlangsung hidup, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Harus mampu bertahan ketika situasi eksternal sedang tidak mendukung.
2. Goal (Pencapaian)
Sebuah sistem harus memiliki suatu arah yang jelas, dapat berusaha mencapai tujuan utamanya. Dalam syarat ini, sistem harus dapat mengatur, menentukan dan memiliki sumber daya untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang bersifat kolektif.
3. Integrasi
Sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya.
4. Latensi
Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
Sistem Kultural (Latency) Sistem Sosial (Integration)
Organisme Perilaku (Adaptation) Sistem Kepribadian (Goal Attainment)
Gambar 1.1 Struktur Sistem Tindakan Umum
Berdasarkan skema AGIL di atas, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi fungsi sistem adalah sebagai Pemeliharaan Pola (sebagai alat internal), Integrasi (sebagai hasil internal), Pencapaian Tujuan (sebagai hasil eksternal), Adaptasi (alat eksternal). Pada skema sistem tindakan tersebut, dapat dilihat bahwa Parson menekankan pada hierarki yang jelas. Pada tingkatan yang paling rendah yaitu pada lingkungan organis, sampai pada tingkatan yang paling tinggi, realitas terakhir. Dan pada tingkat integrasi menurut sistem Parsons terjadi atas 2 cara : pertama, masing-masing tingkat yanng lebih rendah menyediakan kondisi atau kekuatan yang diperlukan untuk tingkatan yang lebih tinggi. Kedua, tingkat yang lebih tinggi mengendalikan tingkat yang berada dibawahnya.

Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif
Teori Fungsionalisme Struktural yang dibangun Talcott Parsons dan dipengaruhi oleh para sosiolog Eropa menyebabkan teorinya itu bersifat empiris, positivistis dan ideal. Pandangannya tentang tindakan manusia itu bersifat voluntaristik, artinya karena tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Tindakan individu manusia memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma.
Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu bahwa tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Di samping itu, tindakan itu terjadi pada suatu kondisi yang unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Selain itu, secara normatif tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tindakan itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi dan norma.
Dengan demikian, dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih tujuan yang akan dicapai dengan bimbingan nilai dan ide serta norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu manusia itu juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi motivasional dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsur-unsur sebagaimana dikemukakan di atas.

Kritik Terhadap Teori Talcott Parsons
Parsons menggunakan masyarakat Amerika sebagai bentuk masyarakat yang terstruktur dengan baik. Namun jika menggunakan konsep AGIL yang telah diungkapkan Parsons, ia telah gagal menganalisis masyarakat Inggris yang pada saat ini masih berbentuk kerajaan. Seperti yang diungkapkan Parsons sebelumnya bahwa era evolusi akhir tidak boleh terkontaminasi dengan budaya kerajaan. Tujuan utama Parsons sendiri adalah menginginkan adanya keseimbangan masyarakat melalui perubahan sosial, namun masyarakat Inggris sendiri tetap stabil meskipun tidak mencapai era The New Lead Society seperti yang dipaparkan oleh Parsons. Pada unit analisis AGIL pun terdapat beberapa fakta yang dapat menyangkalnya, contohnya pada suku Badui dalam, masyarakat suku ini tidak beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, yang berarti menurut analisis AGIL, tidak memenuhi fungsi adaptation maka tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dari sistem masyarakat tersebut. Tetapi nyatanya masyarakat suku Badui dalam tetap dapat eksis tanpa fungsi adaptation tersebut.
Pada intinya Parsons menjelaskan teori fungsionalisme strukturalnya kepada suatu pemahaman mengenai sistem yang mengacu kepada konsep equilibrium dalam kehidupan masyarakat. Menurutnya untuk dapat memahami atau mendeskripsikan suatu sistem maka harus ada suatu fungsi mengenai hal tersebut. Maka dari itu Parsons percaya, bahwa ada empat persyaratan mutlak yang harus ada suypaya fungsionalis masyarakat dapat berjalan, yakni AGIL. pada dasarnya Parsons melihat bahwa AGIL ini mampu menjadi sebuah fungsi sebagai keteraturan yang harus dimiliki dan dijalankan setiap masyarakat. AGIL mempunyai arti : Adaptation (Adaptasi), Goal attainment (Pencapaian tujuan), Integration (Integrasi) dan Latensi (Pemeliharaan pola). Dengan adanya hal ini, Parsons yakin bahwa tingkat keseimbangan dalam masyarakat akan tersusun dan terjaga sehingga terhindar dari adanya kerusakan fungsional antar pribadi di dalamnya, hal ini, menimbulkan banyak asumsi-asumsi yang kontroversial yang seharusnya Parsons teliti lebih lanjut, bahwa jika fungsi AGIL ini hanya mampu melenggangkan atau mempertahankan suatu kekuasaan atas kedudukan individu, maka tidak mungkin suatu sistem organisme yang ia jelaskan mampu terlaksana, serta ia terlalu merendahkan konsepsi mengenai perubahan sosial secara revolusioner yang dapat terjadi secara tiba-tiba. Dalam teorinya ini, Parsons lebih tertuju kepada sistem sebagai satu kesatuan daripada aktor sebagai peran yang menduduki suatu kendali sistem, bukannya mempelajari bagaimana aktor tersebut mampu menciptakan dan memelihara sistem tetapi sebaliknya.
Hal yang patut untuk di kaji lebih dalam mengenai kelemahan teori fungsionalisme-struktural & AGIL bahwa pandangan pendekatan ini terlalu bersifat umum atau terlalu kuat memegang norma, karena menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni, stabil, seimbang, dan mapan. Ini terjadi karena analogi dari masyarakat dan tubuh manusia yang dilakukan oleh Parsons bisa diilustrasikan, bahwa tidak mungkin terjadi konflik antara tangan kanan dengan tangan kiri, demikian pula tidak mungkin terjadi ada satu tubuh manusia yang membunuh dirinya sendiri dengan sengaja. Demikian pula karakter yang terdapat dalam masyarakat.
Teori Parsons tersebut, terlalu mengedepankan strukturalisasi pencapaian yang menekankan konsep equilibrium dalam dalam sistem di masyarakat secara fakta, serta ia terlalu subjektif dengan angan-angannya bahwa setiap individu senantiasa mensosialiasikan diri terhadap lingkungan dan lingkungan juga menyesuaikan fungsinya terhadap diri, dan ia lebih menekankan pada aspek perubahan sosial secara evolusioner di bandingkan revolusioner akibat dasar pemikiran sistem biologisnya.
Adapun kritik lainnya terhadap Talcott Parsons adalah pemikirannya tentang masyarakat yang terlalu menekankan pada keseimbangan dalam masyarakat, sehingga ia kurang memperhatikan tentang perubahan dan mobilisasi sosial. Ini berarti dia melepaskan postivisme Comte dari fungsionalisme. Parsons juga gagal membuktikan keempirisan dari teorinya sehingga tidak dapat dibuktikan kebenarannya, walaupun menurut dasar logikanya, ia menggunakan logika deduksi.

Kesimpulan Teori Talcott Parsons
1. Masyarakat adalah satu kesatuan atas dasar kesepakatan dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu system yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan.
2. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya.
3. Sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah keseimbangan yang bersifat dinamis, gradual (perlahan-lahan atau bertahap) melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak revolusioner.
4. beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan adalah harus memenuhi imperatif fungsional sebagai berikut: Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Latensi atau yang biasa disingkat AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency).
5. Bahwa tindakan manusia dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar yang selalu didorong oleh kemauan (voluntaristik) untuk mencapai tujuan dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati.

Link for this:
http://id.wikipedia.org/wiki/Talcott_Parsons
http://fatmasari713.wordpress.com/2012/11/25/ilmu-dan-paradigma-ilmu-ilmu-sosial-talcott-parsons/
leer más...

Thursday, October 16, 2014

TOKOH TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN PEMIKIRANNYA

| | 0 respons

A. AUGUSTE COMTE
Memiliki nama panjang Isidore Marie Auguste François Xavier Comte. Comte lahir pada tanggal 19 Januari 1789 di kota Monpellier di Perancis Selatan, dari orang tua yang menjadi pegawai kerajaan dan penganut agama Katolik yang saleh. Auguste Comte mengharapkan bahwa segala sesuatu harus dibuktikan secara ilmiah atau empiris.
Perjalanan Hidup dan Karya Comte serta Pandangannya tentang Ilmu Pengetahuan. Auguste Comte adalah seseorang yang untuk pertama kali memunculkan istilah “sosiologi” untuk memberi nama pada satu kajian yang memfokuskan diri pada kehidupan sosial atau kemasyarakatan. Saat ini sosiologi menjadi suatu ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan telah berkembang pesat sejalan dengan ilmu-ilmu lainnya. Dalam hal itu, Auguste Comte diakui sebagai “Bapak” dari sosiologi.
Auguste Comte pada dasarnya bukanlah orang akademisi yang hidup di dalam kampus. Perjalanannya di dalam menimba ilmu tersendat-sendat dan putus di tengah jalan. Berkat perkenalannya dengan Saint-Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte semakin terbuka, bahkan mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon. Pada dasarnya Auguste Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup sederhana tetapi kehidupan sosial ekonominya dianggap kurang berhasil. Comte menganut agama Humanitas, dia terpengaruh oleh Laurence.

 
Sosial Statics Dan Sosial Dynamics
1.      Menurut Comte social static adalah suatu studi tentang hukum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem sosial.
Social Static merupakan bagian yang paling elementer dari ilmu sosiologi, namun bukan merupakan bagian yang paling penting dari studi mengenai sosiologi karena merupakan hasil dari suatu pertumbuhan. Inilah yang kemudian oleh Comte di definisikan sebagai teori mengenai perkembangan dan kemajuan masyarakat manusia.
2.      Atas dasar tingkat perkembangan intelegensi manusia yang lebih tinggi dari binatang munculah dalam sosial dynamics maka adanya perkembangan masyarakat melalui 3 tahap, yaitu:
a.       Tahap Theologies : segala sesuatu dikaitkan dengan yang supernatural. Ada tiga tahap yakni :
  • Fetheism : segala hal yang terjadi bersumber dari supernatural dan semua benda mempunyai kekuatan jiwa.
  • Polytheism : percaya akan banyaknya dewa dan dipengaruhi oleh animeisme dan dinamisme.
  • Monotheism : gejala-gegala alam berpusat pada kekuatan tunggal yakni Yuhan Yanga Maha Esa.
b.      Tahap Metaphisik : perantaa dari teologis ke positive.
c.       Tahap Positvistis/Rasional/Ilmiah : segala sesuatu dibuktikan dengan data empiris. Seorang ilmuan tidak boleh dipengaruhi emosionalnya.


B. EMILE DURKHEIM
Lahir di Epinal di propinsi Lorraine di Perancis Timur pada 15 April 1858. Collective Consiusness merupakan dasar dari setiap teori-teori Emile Durkeim. Durkheim wafat tanggal 15 November 1917. The Diivision of Labor in Society (1893); The Rules of Sociological Method (1895); Suicede (1897); The Elementari Form of Religious Life (1912)
Teori yang dikemikakan oleh Emile Durkheim:
1. Fakta Sosial (The Rule Of Sociological Method)
Yaitu seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individu.
2. Teori Bunuh Diri (Suicide)
Durkheim memusatkan perhatiannya kepada 3 macam kesatuan sosial yang pokok di dalam masyarakat, yaitu:
  • Bunuh diri di dalam kesatuan agama: rasa ingin menjadi pahlawan.
  • Bunuh diri di dalam kesatuan keluarga: rasa kolektivitas besar.
  • Bunuh diri dalam kesatuan politik.
Jenis bunuh diri:
a.       Bunuh diri egoistis (egoistic suicide)
Yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang yang tidak dapat menolak role expectation (peranan yang diharapkan dari dirinya oleh masyarakat).
b.      Bunuh diri altruistik (altruistic suicide)
Yaitu seseorang melakukan bunuh diri karena merasa dirinya menjadi beban masyarakat, dan merasa kepentingan masyarakat lebih tinggi dibandingkan kepentingannya.
c.       Bunuh diri anomik (anomic suicide)
Yaitu bunuh diri yang dilakukan akibat tidak adanya aturan yang mengatur pola sikapnya.
d.      Bunuh diri fatalistik (fatalistic suicide)
Bunuh diri yang disebabkan oleh keadaan putus asa ataupun pasrah pada keadaan disekitarnya. Jika integrasi lemah, bunuh diri naik. Namun, jika integrasi kuat, bunuh diri rendah.

3. Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)
a.       Solidaritas mekanis (tidak terspesialisasi), ada pada masyarakat tradisional.
b.      Solidaritas organis (mulai terspesialisasi), ada pada masyarakat modern.
Konsekuensi dari mekanis ke organis yaitu individualisme mulai muncul.

4. Teori Tentang Agama (The Elementary Froms of Religious Life)
Asal mula agama adalah dari masyarakat itu sendiri. Setiap masyarakat selalu membedakan mengenai hal-hal yang dianggap duniawiyah. Terhadap hal-hal yang dianggap suci manusia selalu membeda-bedakan dengan yang tidak dianggap suci.
Agama merupakan perwujudan dari Collective Consciousness sekalipun selalu ada perwujudan-perwujudan yang lain. Dua hal pokok dalam agama menurut beliau yakni apa yang disebut kepercayaan dan apa yang disebut ritus atau upacara-upacara. Kepercayaan adalah merupakan bentuk dari pikiran dan upacara-upacara atau ritus merupakan tindakan.



C. KARL MARX
Dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1818 di kota Trier di tepi sungai Rhine, beliau seorang keturunan orang borjuis. Namun, Marx dikenal sebagai penentang kaum borjuis. Buku Karl Marx yang  tentang pertentangan kelas. Kelas menurutàterkenal yaitu Das Kapital Marx adalah motor dari segala perubahan serta kemajuan. Hubungan sosial menurut Marx didasarkan posisi masing-masing terhadap sarana produksi.
Teori-teori Karl Marx:


a.       Teori Dialektika
Suatu pandangan mengenai pertentangan antara tesisi dan anti tesisi titik temunya akan membentuk tesis baru yang bertentangan begitu seterusnya atau pertentangan antara dus kelas yakni kelas yang memiliki dan menguasai alat produksi dan kelas yang tidak memiliki dan menguasai alat produksi, hal ini akan berjalan terus kalau belum terbentuk masyarakat utopia (masyarakat sosialis atau komunis).
b. Dinamika Perubahan Sosial
perubahan masyarakat melalui revolusioner dimulai dari:
a.       Tradisional/property: hunting and fishing
b.      Feodal : tanah sudah mengenal sewa
c.       Kapitalis : kapital majikan yang menguasai alat-alat produksi dengan buruh di lain pihak.
d.      Sosialis : yang mempunyai hak milik adalah negara (state). Suatu masa transisi menuju komunis. Pada tahap ini masih ada negara yang mengatur, maka muncul birokrasi rakyat atau dictator ploretariat setelah negara dilebur, maka munculah komunis.
e.       Komunis : cita-cita tidak mempunyai kuasa dan yang dikuasai. Masyarakat komunis melihat ini sebagai suatu ideology yang harus dilaksanakan. Komunis yang melahirkan masyarakat: tanpa kelas, tanpa milik, tanpa kekuasaan dan tanpa perbedaan
3. Teori Kelas
Yaitu sekelompok orang-orang yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama dalam organisasi produksi. Ada tiga kelas masyarakat menurut Marx yaitu:
a. Kelas pemilik tanah
b. Kelas pemilik modal
c. Kelas pekerja

4. Teori Alienasi
Bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif, dimana orang terlibat dalam mengubah lingkungan fisiknya tetapi sebagai konsekwensinya bahwa manusia harus menyesuaikan diri dengan produksinya itu yang membatasinya sebagai manusia walaupun manusialah yang menciptakan.
Empat unsur dasar alienasi:
a.                 Pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produksi mereka.
b.                Pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas produksi tetapi juga dari tujuan aktivitas tersebut/ produk.
c.                 Pekerja dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja.
d.                Pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi kemanusian mereka sendiri.



D. MAX WEBER
Weber adalah seorang sosiolog yang ahli kebudayaan, ahli politik, hukum, bahkan ekonomi. Weber merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara, lahir pada tanggal 21 April 1864 di Erfurt Jerman. Ia meninggal dunia pada 14 Juni 1920 ketika mengerjakan karya terpentingnya yakni Economy and Society. Dari sekian banyak karyanya yang termasyur antara lain: Wirtschaft und Gessellschaft; Gesammelte Aufsatze zur Wissenschaftlehre. Karyanya yang paling fenomenal yakni Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism.
Teori yang dikemukakan oleh Weber adalah kelas dan status,  kekuasaan, dan rasionalitas.


1. Tindakan Sosial
Beliau menganggap sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha memahami tindakan-tindakan sosial dengan menguraikannya dengan menerangkan sebab-sebab tindakan tersebut. Weber memisahkan empat tindakan sosial di dalam sosiologinya, yaitu apa yang disebutnya dengan:
a.       Rasional instrumental (zweck rational) yakni tindakan sosial yang menyandarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya.
b.      Rasional berorientasi nilai (wert rational) yakni suatu tindakan sosial yang menyandarkan diri pada suatu nilai-nilai absolut tertentu.
c.       Afektif/ affectual: yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena doronan atau motivasi yang sifatnya emosional.
d.      Tradisional yaitu tindakan yang didorong dan berorientasi kepada tradisi masa lampau.
2. Teori Kekuasaan dan Wewenang
Kekuasaan menurut weber adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak meskipun sebenarnya mendapat tentangan atau tantangan dari orang lain.
Tiga jenis legitimasi atau wewenang menurut Weber:
a.       Wewenang tradisional
Berlandas pada kepercayaan yang mapan terhadap kekudusan, tradisi zaman, serta legitimasi status berdasarkan otoritas.
b.      Wewenang kharismatik
Mutu luar biasa yang dimiliki seseorang dan tidak dimiliki oleh orang lain.


c.       Wewenang rasional – legal
Berdasar pada komitmen terhadap seperangkat aturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal (resmi dan umum).
3. Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme
Dimana weber meneliti berbagai agama yang ada di dunia dan menemukan sebuah kesamaan dimana keluarga atau negara yang mayoritas memeluk agama Protestan memiliki konsep hidup hemat dan cenderung menjadi lebih kaya dari pada negara yang mayoritas memiliki agama lain. Di awal periode  kapitalisme, agen terpenting adalah orang protestan. Dan ini diteliti oleh Max Weber  khususnya dalam penggerak kapitalisme, yang salah satunya adalah keyakinan agama mereka yang mengahsilkan motivasi aktivitas pro kapitalis yang berorientasi pada kehidupan duniawi.



E. GEORGE SIMMEL
Lahir tahun 1858 di pusat kota Berlin, ayahnya seorang pedagang Yahudi kaya. Simmel menerima gelar doctor dari Universitas Berlin tahun 1881 dan mulai mengajar di sana tahun 1885. Selama lima belas tahun dia tetap sebagai dosen-privat (privatdozent, yakni dosen yang tidak dibayar yang gajinya berdasarkan pembayaran mahasiswa). Kemudian dia menerima gelar “Profesor Luar Biasa”, tetapi hanya merupakan kehormatan belaka tanpa kompensasi uang. Simmel akhirnya meninggalkan Universitas Berlin tahun 1914, untuk menerima posisi sebagai profesor penuh pada Universitas Strasbourg, namun malang kehidupan akademisnya segera terhenti karena pecah perang.
Karya atau pemikiran-pemikiran Simmel terpengaruh dari beberapa tokoh. Dalam karyanya On Social Differentiation, Simmel terpengaruh dari model evolusi Spencer. Pembedaan Simmel antara bentuk dan isi terpengaruh pada Filsafat Kant, yaitu seorang ahli filsafat dari Jerman. Pemikiran dialektis yang dikemukakan Simmel merupakan pengaruh analisa dialektik dari Hegel.
Teori-teori Simmel yaitu:
a. Pemikiran Dialektis.
Yaitu suatu pemikiran dimana individu memiliki hubungan yang bersifat dualistis. Disatu pihak dia merupakan anggota masyarakat dan disosialisasikan di dalam masyarakat tersebut, tetapi pada waktu yang sama dia juga menentang masyarakat itu sendiri. Pemikiran Dialektik merupakan salah satu teori Simmel yang paling terkenal.
b. Interaksi Sosial.
Simmel mencoba membedakan bentuk dan isi dari interaksi. Bentuk yang dibedakan dari isinya disebut Sosiabilita. Selain sosiabilita, Simmel juga membedakan tentang Superordinasi dan Subordinasi.
Tiga wilayah masalah dalam sosiologi menurut Simmel yaitu:
a.       Sosiologi murni, tentang variabel-variabel sosialisasi dan interaksi.
b.      Sosiologi umum yang membahas produk sosial dan cultural.
c.       Sosiologi filosofis.




F. HERBERT SPENCER
Dilahirkan di kota Derby Inggris pada 27 April 1820 dan meninggal pada tahun 1930. Spencer membagi masyarakat menjadi dua tipe yaitu masyarakat industri dan masyarakat militer. Herbert terpengaruh oleh teori Darwinisme hingga munculah teori Darwinisme Sosial atas perkenalan Spencer dengan istilah Survival of the Fittest.
1. Teori Darwinisme Sosial (perkembangan masyarakat) :
a.          Struggule of life
b.      Survival of the vitaes; bagaimana masyarakat dapat bertahan dari tantangan dan situasi.
c.          Natural selection; adanya seleksi alam
d.      Progress
Dalam perkembangannya dalam masyarakat terjadilah empat tahap dalam proses penggabungan teori:
a.       Penggandaan (penambahan)
b.      Kompleksifikasi
c.       Pembagian/ diferensiasi
d.      Pengintegrasian
2. Kebenaran Universal
a.          Adanya materi yang dapat rusak
b.      Adanya kesinambungan gerak
c.          Adanya tenaga dan kekuatan yang terus menerus.




G. FERDINAND TONNIES
Ferdinand Tonnies lahir pada tahun 1855 dan wafat pada tahun 1936. Ia merupakan salah seorang sosiolog Jerman yang turut membangun institusi terbesar yang sangat berperan dalam sosiologi Jerman. Ferdinand Tonnies memiliki berbagai karya diantaranya Gemeinschaft dan Gesellschaft (yang dipublikasikan pertamakali pada tahun 1887)
1. Teori Masyarakat
a.          Zweckwille, yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai suatu tujuan. Zweckwille, apabila orang hendak mencapai suatu tujuan tertentu dan mengambil tujuan rasional kearah itu. Lebih menonjol di kalangan pedagang, ilmuwan dan pejabat-pejabat umumnya orang tua yang bersikap lebih rasional dan berkepala dingin daripada orang muda.
b.      Kurwille, yaitu dorongan batin berupa perasaan. Triebwille bersumber pada selera perasaan, kecenderungan psikis, kebutuhan biotis, tradisi atau keyakinan orang. paling menonjol dikalangan petani, orang seniman, rakyat sederhana, khususnya wanita dan generasi muda.
2. Gemeinschaft dan Gesselchaft
a.         Teori Gemeinschaft (paguyuban)
Merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.
b.      Teori Gesselschaft (patembayan)
Merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.
3. Teori evolusi tanpa kemajuan
Evolusi terjadi secara berlawanan dengan kebutuhan manusia, lebih menuju kearah memperburuk ketimbang meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
4. Teori nilai
Menurut Tonnies, “Kehidupan bersama berasal dari kemauan manusia.” tentang bagaimana etika yang ada 
dalam masyarakat dan bagaimana estetika yang di hargai
leer más...

Karl Marx dan Pemikirannya

| | 0 respons


Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun 1818. lahir setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David Ricardo meluncurkan bukunya “The Principles of Political Economy”. Dia merupakan pendiri Idiologi komunis yang sekaligus merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang revolusionir. Merupakan seorang profesor dalam berbagai ide yang Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya. Setelah menyelesaikan gelar Ph. D dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin, dan Jena. Maka dari sinilah karier Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya berpendapat juka,”sejarah berproses melalui serangkaian situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis, tesis. Namun segea akan berkontradiksi dengan oposisinya, antitesis. Yang kemudian melahirkanlah antitesis, kejadian ini akan terus berulang, sehingga konflik-konflik tersebut akan meniadakan segala hal yang berproses menjdai lebih baik.”
Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan sebuah buku “Das Kapital”, yang isinya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk budaya lai yang diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam bukunya tersebut antara lan :
1. pengahapusan kekayaan tanah dan menerapkan sewa tanah bagi tujuan-tujuan publik.
2. pengenaan pajak pendapat (tax income) yang bertingkat.
3. pengapusan seluruh hak-hak warisan.
4. penarikan kekayaan seluruh emigran dan para penjahat atau pemberontak.
5. sentralisasi kredit pada negara melalui bank nasional dengan modal negara dan monopoli yang bersifat eksklusif.
6. sentralisasi alat-alat komunikasi, dan transportasi di tangan negara.
7. perluasan pabrik dan alat-alat produksi yang dimilki oleh negara, menggarap tanah yang tanah, dan meningkatkan guna tanah yang sesuai dengan perencanaan umum.
Karl Marx percaya dalam kapitalisme, terjadi keterasinagan (alienasi) manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri. Hasil keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati, karena dia menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendepat bahwa dalam ekonomi klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi, dan pengaruh kebradaan pasar pada manusia. Sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antra kekayaan pribadi, ketamakan, pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran dengan kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dan lain-lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah, is tidak memeperimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan produksi.
Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :
  1. masyarakat feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai oleh tuan-tuan tanah.

  2. Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan berlangsung, namunkarena terjadi peningkatan output dan kegiatanekonomi, sebagaimana feudalisme juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan dengan masyarakat sosialise.

  3. Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa kapitlisme.

  4. Pada masa komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau materi.
Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:
  1. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.

  2. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.
Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkan nya ke dalam masyarakat, dengan meneliti antara kekuatan dan relasi produksi. Dimana nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang berakibat perubahan kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada sistem feodal menjadi penggilingan uap pada sistem kapitalisme. Menurutnya satu-satunya biaya sosial untuk memproduksi barang adalah buruh.
Analisa karl marx tentang Kapitalisme
karl marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis memunculkan akibat social yang tidak diinginkan dan sebagai pertentangan pada kapitalisme menjadi lebih nyata dari waktu ke waktu. Kritik karl marx ini tertuang pada hukum Karl Marx tentang kapitalisme, yang berisi tentang :
1. Surplus pengangguran
Pada konsep tentang surplus pengangguran ini, Karl Marx berpendapat bahwa selalu terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja yang erdampak pada penekanan tingkat upah sehingga menjadi surplus value dan keuntungan tetap bernilai positif. Karl Marx melihat ada 2 faktor penyebab terjadinya surplus tenaga kerja ini. Pertama, yaitu Direct Recruitment yang terjadi akibat penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect Recruitment yang terjadi akibat adanya anggota baru tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja.
2. Penurunan tingkat keuntungan
Dalam model Karl Marx dirumuskan bahwa tingkat keuntungan (P) mempunyai hubungan positif dengan tingkat surplus Value (S’) dan mempunyai hubungan negative dengan organic komposition of capita (Q).
P=S’(1-Q)
Dengan asumsi bahwa surpus value dipertahankan untuk tidak berubah. Setiap kenaikan dalam organic composition of capital akan menghasilkan penurunan pada tingkat keuntungan, melalui mekanisme sebagai berikut.
Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada lebih banya fariabel modal yang digunakan untuk menambah tenaga kerja, sehingga akan menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat pengangguran. Tingkat surplus value akan mengalami penurunan sebagai akibat dari naiknya upah, begitu juga tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis akan bereaksi dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin dengan menambah organic composition of capital. Jika tingkat surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada organic composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada level yang lebih rendah.
3. Krisis Bisnis
Pada konteks krisis bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat bahwa adanya perubahan orientasi atau tujuan dari proses produksi dari tujuan nilai guna pada zaman ekonomi barter berubah menjadi tujuan nilai tukar dan keuntungan saat dibawah kapitalisme, menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi barter, produse hanya menghasilkan barang untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan komoditi yang lain, sehingga pada saat ekonomi barter ini tidak pernah terjadi over produksi. Sedangkan ketika tujuan produksi berubah menjadi nilai tukar dan keuntungan maka terjadinya over produksi pada suatu perekonomian akan mungkin terjadi. Over produksi itu sendiri akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan. Perubahan tingkat keuntungan tersebut akan berdampak pada pengeluaran untuk infestasi. Volatility dari pengeluaran infestasi inilah yang menurut pendapat Karl Mark merupakan penyebab umum dari fluktuasi pada keseluruhan aktifitas ekonomi. menghasilkan siklus bisnis, hal ini Karl Marx bercermin pada pertumbuhan dramatic pada industry tekstil di Inggris dengan mekanisme sebagai berikut. Adanya ledakan pada teknologi akan menyebabkan peningkatan akumulasi dari modal dan permintaan pada tenaga kerja. Jumlah pengangguran akan berkurang, tingkat upah akan naik, surplus value akan berkurang, dan tingkat surplus value akan berkurangdan akhirnya akan mengurangi tingkat keuntungan. Penurunan tingkat keuntungan akan menyebabkan penurunan akumulasi modal dan akan menyebabkan depresi. Namun menurut Karl Marx depresi ini mempunyai elemen yang akhirnya, cepat atau lambat akan menyebabkan ekspansi yang baru pada kegiatan ekonomi.
Teori klasikmelihat bahwaadanya pasar di harapkan dapat memecahkan masalah alokasi sumber daya yang ada, hal ini akan menciptakan suatu kondisi keseimbangan dalam jangka panjang.
4. Jatuhnya nilai profit dan krisis bisnis
Dalam model Karl Marxian sebuah ekonomi klasik dengan jelas bergantung pada kapitalis itu sendiri yang berupaya untuk mengubah jumlah atau nilai profit dan mengubah ekspetasi profit dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai hukumnya itu untuk menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek dalam aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh profit yang besar, aliran kapitalis menambah komposisi modal an ternyata hal itu justru menurunkan profit.
Kaum kapitalis secara periodic akan berusaha menanggulangi jatuhnya nilai profit dengan mengurangi infestasi secara berlebih yang dapat menyebabkan aktifitas ekonomi mengalami fluktuasi yang nantinya bias menyebabkan krisis.
Karl Marx mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan fluktuasi dalam aktifitas bisnis, yaitu: jatuhnya nilai profit, factor teknologi baru yang tidak sama, dan tidak proporsionalnya pengembangan dalam suatu sector ekonomi yang nantinya dapat menyebabkan penurunan dalam level kegiatan ekonomi.
Fluktuasi menurutnya terjadi dalam suatu system karena pada dasarnya kebanyakan dari aktifitas kapitalis cenderung ingin mencari jumlah profit sebanyak mungkin.
Adapun teori karl marx tentang krisis bisnis mungkin banyak terdapat kekurangan secara internal, tidak diragukan lagi bahwa pandangannya tentang kapitalis secara mendasar belum stabil. Meskipun begitu, visi dari karl marx tentang teori kapitalis ini secara lebih lanjut tidak mendapat smabutan oleh teori orthodox sapai tahun 1930.
5. Konsentrasi modal
Meskipun model karl marx memberi asumsi mengenai adanya pasar persaingan sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-perusahan kecil dalam tiap –tiap industry, namun karena ketatnya persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industry-industri kecil sehingga akan mengurangi persaingan.
Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan peusatan modal. Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah redistribusi pada modal. Karl Marx menujukan bahwa perusahaan yang besar lebih bias mencapai skala ekonomi yang lebih baik ketimbang perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar itu dapat memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan monopoli. Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan sistem kredit dan kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.
6. Bertambahnya kesengsaraan kaum proletar
kontradiksi kapitalisme menurut marx menyebabkan bertambahnya tingkat kesengsaraan pada kaum proletar. Bertambahnya kesengsaraan secara absolut menunjukkan pendapatan dari masyarakat secara global menurun dalam sistem kapitalis dan juga menunjukan bahwa bagian pendapatan nasional mereka menjadi turun di kemudian hari.
Hingga pada akhirnya marx berasumsika secara konsisten bahwa hal yang harus dilakukan untuk menghilangkan kesengsaraan, yakni dengan lebih memperhatikan pada kualitas hidup mereka.


Link for this:  http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/02/karl-marx-dengan-segala-pemikirannya-131396.html

Thanks a lot Kaka Ade Henry... So helpfull. Big hugs for you :)
leer más...

SEDIKIT TENTANG KARL MARX (From Wikipedia)

| | 0 respons

Karl Heinrich Marx (lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818 – meninggal di London, Inggris, 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.
Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.[4]

Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun.[5] Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835. Pada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk.[5] Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana.[5] Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin.[5] Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu.[5] Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin.[5] Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan.[5]
Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian.[5] Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.[5] Pada tahun 1981 Marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda, yang suportif namun kritis terhadap guru mereka.[4] Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang hambar, namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian.[4] Setelah lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal.[4] Dalam kurun waktu sepuluh bulan bekerja disana menjadi editor kepala.[4] Namun, karena posisi politisnya, koran ini ditutup sepuluh bulan kemudian oleh pemerintah.[4] Esai-esai awal yang di publikasikan pada waktu itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx sepanjang hidupnya.[6] Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi, humanisme, dan idealisme muda.[4] Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelian, impian naif komunis utopis, dan para aktivis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur.[4]
Bagian dari seri tentang
Marxisme
Karl Marx.jpg
Karya Teoretis
Manifesto Komunis
Das Kapital
Sosiologi dan Antropologi
Alienasi
Borjuis
Kesadaran kelas
Fetishisme komoditi
Komunisme
Hegemoni budaya
Eksploitasi
Hakikat manusia
Ideologi
Proletariat
Reifikasi
Hubungan produksi
Sosialisme
Ekonomi
Ekonomi Marxis
Kekuatan buruh
Hukum nilai
Sarana produksi
Cara produksi
Kekuatan produktif
Tenaga kerja surplus
Nilai surplus
Masalah transformasi
Tenaga kerja yang digaji
Sejarah
Anarkisme dan Marxisme
Cara produksi kapitalis
Perjuangan kelas
Diktatur proletar
Cara akumulasi modal primitif
Revolusi proletar
Internasionalisme proletar
Revolusi dunia
Filsafat
Filsafat Marxis
Materialisme historis
Materialisme dialektis
Marxisme Analitis
Otonomisme Marxis
Feminisme Marxis
Humanisme Marxis
Marxisme struktural
Marxisme barat
Marxisme Libertarian
Marx muda
Tokoh Marxis penting
Karl Marx
Friedrich Engels
Karl Kautsky
Georgi Plekhanov
Vladimir Lenin
Leon Trotsky
Rosa Luxemburg
Mao Zedong
Georg Lukács
Antonio Gramsci
Karl Korsch
Alilran Frankfurt
Louis Althusser
Che Guevara
Kritik
Kritik terhadap Marxisme
Daftar lengkap
Portal komunisme
Ketika menolak aktivis-aktivis tersebut, Marx meletakkan landasan karyanya.[4] Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakannya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.”[4] Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi).[4]



Akhir dari Kapitalisme

Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus.[4] Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme.[4]
Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional.[4]Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini[4]. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis.[4]Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini.[4] Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman-[4]
Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi.[4]Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini.[4] Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.[4]
Marx Menikah pada tahun 1843 dan segera terpaksa meninggalkan Jerman untuk mencari atmosfer yang lebih liberal di Paris.[5] Disana ia terus menganut gagasan Hegel dan para pendukungnya, namun ia juga mendalami dua gagasan baru –sosialisme Perancis dan ekonomi politik Inggris.[5] Inilah cara uniknya mengawinkan Hegelianisme, sosialisme, dengan ekonomi politik yang membangun orientasi intelektualitasnya.[5]
Di Perancis ia bertemu dengan Friedrich Engels sahabat sepanjang hayatnya, penopang finansialnya dan kolaboratornya.[7] Engels adalah anak seorang pemilik pabrik tekstil, dan menjadi seorang sosialis yang bersifat kritis terhadap kondisi yang dihadapi oleh para kelas pekerja.[5] Kendati Marx dan Engels memiliki kesamaan orientasi teoritis, ada banyak perbedaan di antara kedua orang ini.[5] Marx cenderung lebih teoritis, intelektual berantakan, dan sangat berorientasi pada keluarga.[5] Engels adalah pemikir praktis, seorang pengusaha yang rapi dan cermat, serta orang yang sangat tidak percaya pada institusi keluarga.[5] Banyak kesaksian Marx atas nestapa kelas pekerja berasal dari paparan Engels dan gagasan-gagasannya.[5] Pada tahun 1844 Engels dan Marx berbincang lama disalah satu kafe terkenal di Perancis dan ini mendasari pertalian seumur hidup keduanya.[5] Dalam percakapan itu Engels mengatakan, "Persetujuan penuh kita atas arena teoritis telah menjadi gamblang...dan kerja sama kita berawal dari sini."[8] Tahun berikutnya, Engels mepublikasikan satu karya penting, The Condition of the Working Class in England.[5] Selama masa itu Marx menulis sejumlah karya rumit (banyak di antaranya tidak dipublikasikan sepanjang hayatnya), termasuk The Holy Family dan The German Ideology (keduanya ditulis bersama dengan Engels), namun ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, yang memayungi perhatiannya yang semakin meningkat terhadap ranah ekonomi.[9]
Di tengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels membangun persekutuan kuat tempat mereka berkolabirasi menulis sejumlah buku dan artikel serta bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels menopang Marx sepanjang hidupnya sehingga Marx menagbdikan diri untuk petualang politik dan intelektualnya.[10] Kendati mereka berasosiasi begitu kuat dengan nama Marx dan Engels, Engels menjelaskan bahwa dirinya partner junior Marx.[5]
Sebenarnya banyak orang percaya bahwa Engels sering gagal memahami karya Marx.[11] Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi teori Marxian dan dengan mendistorsi dan terlalu meyederhanakan teorinya, meskipun ia tetap setia pada perspektif politik yang telah ia bangun bersama Marx.[5] Karena beberapa tulisannya meresahkan pemerintah Prussia, Pemerintahan Perancis pada akhirnya mengusir Marx pada tahun 1845, dan ia berpindah ke Brussel.[5] Radikalismenya tumbuh, dan ia menjadi anggota aktif gerakan revolusioner internasional.[5] Ia juga bergabung dengan liga komunis dan diminta menulis satu dokumen yang memaparkan tujuan dan kepercayaannya.[5] Hasilnya adalah Communist Manifesto yang terbit pada tahun 1848, satu karya yang ditandai dengan kumandang slogan politik.[12]
Pada tahun 1849 Marx pindah ke London, dan karena kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner lalu beralih ke penelitian yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem kapitalis.[5] Pada tahun 1852, ia mulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum.[5] Studi-studi ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1867; dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal.[5] Ia hidup miskin selama tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan sedikitnya pendapatan dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan Engels.[13]
Pada tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan gerakan pekerja Internasional.[5] Ia segera mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya.[4] Namun disintegrasi yang terjadi di dalam gerakan ini pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx.[5] Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx sendiri meninggal pada tanggal 14 Maret 1883.[5]
Dalam hidupnya, Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti.[4] Ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal.[4] Pengaruh ini berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia.[4]Ide Marxian baru mulai mendunia pada abad ke-20.[4]

Karya-karya Marx

  • Manifest der Kommunistischen Partei
  • Achtzehnte Brumaire

Referensi

  1. ^ Mehring, Franz, Karl Marx: The Story of His Life (Routledge, 2003) pg. 75
  2. ^ John Bellamy Foster. "Marx's Theory of Metabolic Rift: Classical Foundations for Environmental Sociology", American Journal of Sociology, Vol. 105, No. 2 (September 1999), pp. 366-405.
  3. ^ Allen Oakley, Marx's Critique of Political Economy: 1844 to 1860, Routledge, 1984, p. 51.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae Jonathan H. Turner. The Emergence of sociological theory. 1981. Illinois: The Dorsey Press. Hlm. 165-190
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad David McLellan. 1973. Karl Marx: His Life and Thought. New York: Harper Colophon. Hlm. 34-65
  6. ^ Phil Brown. 2005. Psikologi Maxis. Yogyakarta, Alenia. Hlm. 45
  7. ^ Terrell Carver. 1983. Marx and Engels: The Intellectual Relationship. Bloomington: Indiana University Press. Hlm. 113
  8. ^ Paul D. McLean. 1998. A Frame Analysis of Favor Seeking in the Renainaissance: Agency Networks, and Political Culture. American Journal of Sociology. Hlm. 51-91
  9. ^ Engels, Frederick. Frederick Engels tentang das Kapital Marx. Diterjemahkan oleh Ira Iramanto. 2002. Jakarta: Hasta Mitra. Hlm. 56
  10. ^ Paul M. Sweezy and Leo Huberman. 1964. The Communist Manifesto After 100 Years. New York: Monthly Review Press. Hlm. 98
  11. ^ Cyril Smith. 1997. Friedrich Engels and Marx’s Critique of Political Economy. Capital and Class 62: 123-142
  12. ^ Jonathan H. Turner. The Emergence of sociological theory. 1981. Illinois: The Dorsey Press. Hlm. 165
  13. ^ Michael H. Hart, 1995. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. Jakarta, Dunia Pustaka Jaya. Hlm. 98......
leer más...
 
 

Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
Ir Arriba