Monday, June 2, 2014

"Oktavianing Setyawati" in memoriam

| | 1 respons




Namanya Oktavianing Setyawati, satu diantara dua adikku yang luar biasa. Tak ada banyak hal yang bisa kuceritakan tentangnya. Lahir pada 30 Oktober 1994 dan meninggal 15 tahun kemudian. Aku lupa tepatnya tanggal berapa. menyedihkan, ya... mungkin aku bukan kakak yang baik, tapi aku tetap saja seorang kakak yang seringkali merindukan kehadirannya, manusiawi.

Tak pernah kering air mata dan kerinduan saat aku menceritakan tentangnya, tak pernah habis segala rasa untuknya. Aku merindukannya, sangat. Lebih dari apapun, aku sangat merindukannya.

Nama lengkapnya Oktavianing Setyawati, perempuan pendiam yang tak banyak omong. Masa kecilnya, ia adalah gadis yang begitu berani, satu-satunya diantara kami bertiga waktu itu yang paling berani.

Berani?

Dulu, Mama seringkali melarang kami bermain di sungai tapi dia selalu menganggap laragan itu sebatas angin lalu. tak pernah dihiraukannya. Bukan, bukan karena ia gadis yang tak penurut. Sungguh, ia gadis yang sangat penurut. Hobinya berenang waktu itu, sayang... bagi keluarga kami waktu itu bermain ke kolam renang adalah satu kegiatan yang mahal dilakukan jadi tak mungkin kami mengunjungi kolam renang secara rutin. tak ada jalan lain, adikku bersama teman-temannya yang lain memilih berenang di sungai. meski harus melanggar perintah Mama, tapi akhirnya hanya ia yang paling pintar berenang diantara kami bertiga.

Yah, dia berani...sangat!!!

Aku sebenarnya tak terlalu dekat dengannya, jarak usia kami 4 tahun, dan dia tidak banyak menghabiskan waktu di rumahnya. Semasa kecil, ia lebih sering tnggal si rumah tante daripada dirumah bersama kami, bersama aku kakaknya, alin adik bungsuku, mama dan bapak. Memasuki usia SMP dia melanjutkan studinya di salah satu pesantren di Wonosobo, sebuah kota yang tak terlalu jauh jaraknya dari tempat tinggalku. disana ia tidak hanya bersekolah, tapi sekaligus menjadi santri yang sedang berusaha memperdalam agama.

Aku bangga memilikinya, aku bangga sempat menjadi kakaknya, aku bangga pernah menjadi bagian darinya, menjadi keluarganya, menjadi salah satu orang yang pernah dicintainya.

Tapi aku sedih....

Gadis pendiam yang cantik itu pernah begitu marah padaku, kata-katanya yang masih kuingat "Seandainya Mbak Ayu bikin Mama sedih lagi, Aning gak akan anggap Mbak Ayu kakak." Begitu katanya. Jelas terdengar sangat tegas dan kesal meski aku hanya mendengarnya lewat sambungan telepon. Ya, dulu ia mengucapkannya lewat telepon karena saat itu dia ada di pesantrennya dan aku di rumah.

Ah Aning, seandainya kamu bisa lebih lama di dunia, bisa lebih banyak menegurku dan memperingatkanku.

Aning, apa sekarang kamu masih menganggapku kakakmu?

Aning, aku pernah menyesal memarahimu. Ya, dulu aku memarahimu habis-habisan karena kamu meminjamkan mukenaku kepada orang lain tanpa seizinku. kemarahan terakhirku kepadamu. kemarahan yang selalu menciptakan sesal berkepanjangan. Seandainya waktu berulang dan aku tau kau akan pergi, mungkin aku tak akan melakukan itu. Maaf...

Tanggal yang kulupa itu, tanggal dimana kamu pergi untuk selamanya. Tanggal paling menyesakkan yang pernah aku rasakan.

PAgi hari waktu tu Mama begitu panik mendengar kabar dari salah satu pemimpin pondok putri di pesantrenmu. Katanya kamu jatuh dan masuk rumah sakit. Kamu tau seperti apa paniknya Mama, luar biasa. Mama langsung bergegas mengganti bajunya dan pergi ke pesantrenmu. Tak ada isak tak ada suara tapi air matanya deras tanpa henti. Sebelum keberangkatannya aku sempat menenangkannya, mengatakan tak akan terjadi apa-apa karena aku percaya kamu kuat. Tapi tak mempan, yah... hati seorang Ibu dan firasatnya memang selalu kuat kan?

Sebelum berangkat Mama sempat mengingatkanku untuk tak usah masuk kuliah, tapi kukatakan "Aku ada presentasi". Padahal itu bohong, ya... karena sebenarnya aku hanya enggan menghabiskan waktu di rumah sendirian. Maaf, Ning...

Di kampus...

Seusai kuliah aku duduk-duduk di bangku parkiran bersama teman yang bernama Fitri. Saat itu hatiku memang tak enak, entah pertanda atau firasat. Pada Fitri aku mengatakan semuanya dan seperti aku yang menenankan Mama, ia juga menenangkanku. Dan entah kebetulan atau apa, setelah itu aku menelepon kakak angkatanku, sesama mahasiswa sosiologi yang rumahnya tak jauh dari rumah kita. Kamu tau siapa dia kan, ning?

Belum sempat aku mengatakan apa-apa, seseorang di seberang telepon itu mengatakan seperti ini.

"Ayu, aku turut berduka cita ya..."

Kebingungan melandaku, "Berduka cita untuk siapa?" tanyaku.

"Buat adikmu." ucapnya.

Aku tertawa kecil "Adikku, gak usah ngaco!! Adikku kan cuma jatuh."

Hening...

"Iya...maksud aku berduka cita buat adik kamu yang jatuh itu." Dia mulai terbata-bata.

Hening lagi....

Dan tiba-tiba entah suara siapa di seberang telepon sana...

"Nur, itu yang meninggal beneran Adiknya Ayu?"

Aku terdiam, air mataku mulai menetes. tenggorokanku tercekat. Aning, seandainya kamu tahu betapa kagetnya aku saat itu.

"Yu..." Ucap si penelepon panik.

"Iya." Jawabku dengan suara tercekat.

"Kamu masih di kampus?"

"Iya." Suaraku masih tercekat, tatapanku kosong.

"Jangan pulang, tunggu disitu. aku jemput!"

"Tidak usah!!" Bantahku, suaraku mengeras seketika bersamaan dengan air mata yang turun makin deras. "Aku bisa pulang sendiri!" lanjutku.

Belum sempat ia mengucapkan apa-apa, aku bergegas mencari motorku. fitri sempat menenangkanku, menawarkan diri untuk mengantarku pulang. Jarak dari kampus ke rumahku kurang lebih satu setengah jam dan aku menggunakan motor sebagai alat transportasiku. kondisi hatiku yang labil dan batinku yang sedang tak menentu tentu saja membuatnya khawatir.

Aku baru saja menhidupkan motorku saat tiba-tiba salah seorang sepupuku meng-sms-i-ku.

"Ayu, nanti pulang kuliah kamu ke kostanku. Ada yang mau aku omongin. Kita pulang bareng."

Kurang lebih seperti itu smsnya waktu itu.

Kubalas singkat saja.

"Tak perlu, aku sudah tau. aku pulang duluan."

Ia meneleponku, panik membiarkanku pulang sendiri tapi tak kuhiraukan panggilannya. Kupacu motorku dengan kecepatan nyaris seratus lebih. Tak peduli apapun, dengan mata berkaca-kaca dan kacamata yang mulai mengembun aku makin mempercepat motorku. Aku ingin melihatmu untuk yang terakhir, Ning...

Sampai di rumah semuanya sudah begitu ramai. Tak kupedulikan motor, kutaruh begitu saja hingga nyaris roboh.

"Jangan masuk dulu, sedang serah terima jenazah." Ucap Lik Tri yang saat itu memapahku karena saking lemasnya tubuhku. Aku histeris, nyaris menerobos keramaian orang-orang itu saat seseorang yang entah siapa menahanku.

Aning...

Kamu terlelap begitu cantik, pipimu memerah dan bibirmu tersenyum. Wajahmu tenang, membuat siapapun yang melihatnya merasakan kedamaian yang teramat sangat.

Ning, saat itu Mama begitu kehilanganmu.

Tapi ia begitu tabah, bahkan kesabarannya nyaris luar biasa.

Aku tak bisa menghentikan tanisku, apalagi saat kulihat Alin juga histeris disana.

Aning...

Seseorang menjemput Alin si dekolahnya setelah mendengar kabar kepergianmu. Ia histeris di sekolahnya.

Aning, kami semua benar-benar sangat kehilanganmu.

Sore itu mendung, hujan mengguyur bumi seolah ikut merasakan sedih karena kehilanganmu. Santri terbaik pondok pesantren, kata Kyai pimpinan pesantrenmu.

Aku tak sanggup berkata-kata melihat jenazahmu perlaan masuk ke liang kubur dan pelan-pelan orang-orang membaka kain kafan yang menutupi wajahmu. menghadapkanmu pada kiblat.

Sebuah perjalanan panjang bertemu Allah, itu katamu tentan kematian kan??

semakin teriris hatiku saat mereka mulai menginjak-injak tanah tempatmu dikubur, memastikan agar tanah itu padat dan tak gugur.

Dan sebuah kebanggan kembali menghinggapi hatiku.

"Jeazahnya wangi sekali. Tak pernah aku menguburkan orang sewangi ini. Senyumnya merekah, pipinya merona emerahan, wajahnya damai dan tenang."

Tak pelak, ucapan itu seperti diiyakan oleh semua orang yang tadi sempat turun ke liang lahatmu.

Aku menangis, bahagia, sedih dan terharu.

Apa kelak aku bisa menghadap Allah dengan cara sepertimu?? Indah sekali sepertinya...

Sebuah cerita mengalir tentang sebab kepergianmu. Cerita yang cukup membuatku diam dari tangis histerisku.

Ning, mereka bilang kamu terjatuh saat akan mengambil air wudhu untuk shalat subuhmu. Kamu terjatuh karena terpeleset, tapi itu tak membuatmu langsung meninggal. Kata mereka, kau sempat melakukan shalat subuh bahkan kau menghadapNya disaat sujud terakhirmu di shalat subuh.

Subhanallah...


Aning, begitu banyak waktu yang sudah kusia-siakan. mungkin benar, aku bukan kakak yang baik karena tak pernah sempat membahagiakanmu. mngkin aku bukan kaka yang baik karena aku begitu sering memarahimu, maaf...

Tiga hari sebelum kamu pergi, kamu sempat kembali ke rumah. Kamu ajak temanmu pergi jalan-jalan naik motor berkeliling kampung. keinginan yang jarang kamu minta...
Kamu mengajakku mengunjungi seluruh keluarga dan saudara, bahkan saat disana kamnu tak henti-hentinya minta diajak masuk surga.
Kamu traktir teman-temanmu makan dan mengatakan kamu akan pergi jauh...
Bahkan saat itu di rumah lik yanti saat kamu hendak shalat maghrib, mata kami bahkan mengantarmu hngga bayang tubuhmu menghilang di belokan.

Aning seandainya aku tahu itu adalah firasat....
Mungkin tidak akan kusia-siakan waktu yang tersisa.

Aning, disana kau sudah bahagia....
Mungkin tak sebahagia saat masih di dunia bersama kami...
Tapi percayalah, kami mencintaimu.... sangat mencintaimu.

Hanya do'a yang bisa kami panjatkan...
Maafkan kesalahan kami, khususnya kesalahanku yang tak pernah menjadi kakak yang baik untukmu.

Cinta kami untukmu tak akan pernah habis.
leer más...

SEBUAH CATATAN DARI ADIK TERCINTA, aka Setyawati Aprilianing

| | 0 respons





TERINGAT MASA KECILKU, INDAHNYA SAAT ITU BUATKU MELAMBUNG DI SISIMU TERHINGGA HANGAT NAPAS SEGAR HARUM TUBUHMU KAU TUTURKAN SEGALA MIMPI-MIMPI SERTA HARAPANMU
Seorang anak kecil,yang bermain bulutangkis bersama pelatihnya, "Ayon lin ! Pukul shuttlecocknya yang keras! Ucap beliau dari seberang lapangan.
Waktu itu waktu pertama kali aku memegang raket dan shuttlecock, Pelatihku pernah berkata padaku saat aku berumur 8tahun. "Kamu harus jadi anak yang bisa dibanggakan negara!" begitu ucap beliau waktu itu.
Pelatihku rutin melatihku bermain bulutangkis. Walau sebenarnya,aku tak begitu menyukainya. Aku benci pada olahraga itu,aku selalu malas bila disuruh berlari mengelilingi lapangan. Aku benci saat disuruh melakukan kombinasi, Aku benci sekali !
"Lari yang kencang dong Alin!" pelatihku terus memberiku intruksi, "Alin capek,pak. Alin pengen istirahat" keluhku.
Plak!
"Aduh,!" aku tersungkur mencium aspal. Lututku berdarah,tanganku memar.
"Hiks...hiks...hiks..." aku mengusap-usap air mataku merasakan perihnya lututku. "Sudah,calon atlit,ngga boleh cengeng! Waktu jadi atlit nanti kamu akan lebih sering jatuh!" pelatihku membantuku bangun.
Sejak saat itu,aku tak lagi benci dgn bulutangkis,karena bulutangkis memang olahraga keras. Aku tak mungkin bisa bermain,saat kondisiku lemah.
KAU INGINKU MENJADI YANG TERBAIK BAGIMU PATUHI PERINTAHMU JAUHKAN GODAAN YANG MUNGKIN KU LAKUKAN DALAM WAKTUKU BERANJAK DEWASA. JANGAN SAMPAI MEMBUATKU TERBELENGGU JATUH DAN TERINJAK.
Aku membuka folder dihandphoneku,ku buka foto-foto dimasa lalu. Aku terlihat pendek berbeda jauh dengan sekarang. Air mataku menetes membuka foto, saat aku berdiri pada podium paling atas dan tangan kananku mengacungkan tropy. "Kakinya gimana?udah ga sakit kan?" pelatihku memegang pundakku sebelum aku memasuki arena pertandingan. Aku menggeleng pelan dan kucium tangannya.
"Do'akan ya pak!" ucapku
"Pasti,jangan lupa berdo'a saat kamu kesulitan." kata pelatihku. Pelatihku mengantarkan aku ke arena pertandingan. Aku merasa sangat bangga waktu itu delapan tahun usiaku,aku bisa naik ke podium tertinggi Olimpiade Olahraga seKabupaten. Semua itu karena Allah,karena telah mengirimkan pelatih hebat seperti beliau.
Beliau selalu menemaniku sebelum bertanding dan dia selalu mengatakan bahwa semua ini rencana Allah apapun yg terjadi Allh Swt yg menentukan, dan saat aku kesulitan aku tak boleh menunjukan kelemahanku,aku hanya boleh berdo'a kepadaNya. Itu yg selalu kuingat dalam benakku dan dua kalimat motivasi itu yg membuatku tegar hingga saat ini.
leer más...

Sunday, June 1, 2014

Dari Penembakan Kucing Hingga Pembunuhan Mantan Pacar

| | 0 respons

Beberapa hari ini, media seolah kembali menggemparkan Indonesia dengan dua peristiwa pembunuhan keji. Pembunuhan sadis yang jika kita pikirkan itu semua memang tidak masuk akal.

Bagaimana tidak, seorang laki-laki bernama Danang Sutowijoyo asal Sleman ternyata sudah membunuh lebih dari lima kucing selama satu tahun terakhir ini. Sederhana saja, alasannya adalah kesal karena kucing-kucing tersebut telah mencuri lauk di rumahnya dan yang lebih parah lagi, alasan lain yang ia kemukakan pada media adalah karena ia sedang mencoba senapan yang baru saja dibelinya. Sungguh, sebuah alasan yang tidak masuk akal dan tidak dibenarkan.

Kucing, hewan satu ini memang tidak dilindungi oleh Negara. Tapi, benarkah dengan alasan itu kita bisa layak membunuhnya begitu saja? menjadikannya untuk sasaran uji coba peluru dan senapan baru? Membunuhnya tanpa perasaan? Membiarkan peluru menembus kepalanya hingga ke rahang depan bagian wajahnya? Sebuah kesadisan yang tidak akan bisa ditoleransi

Belum habis keheranan massa akan kekejaman Danang, berita pembunuhan baru sudah kembali muncul. Sesosok mayat perempuan di temukan di pinggiran tol JORR Bintara Kilometer 41 Bekasi Timur dengan kondisi wajah hitam gosong dan sulit dikenali. Sosok perempuan ini diduga dibunuh jika dilihat dari keadaan wajah mayatnya yang gosong dan secarik kertas bertuliskan "Mampus lo!!" di sampingnya.

Lalu siapakah sebenarnya pembunuh dari perempuan yang kemudian dikenal sebagai Ade Sara Angelina Suroto yang merupakan Mahasiswi Universitas Budi Mulia (UBM) ini? Tidak lain tidak bukan, pembunuhnya adalah orang-orang terdekatnya yaitu Ahmad Imam Al-Hafitd Aso (19) yang merupakan mantan kekasihnya dan sahabat dekatnya waktu masih duduk di SMA, Assyifa Ramadhani alias Sifa (19) yang juga merupakan kekasih baru dari Hafitd. Motifnya sederhana, Hafitd tak terima karena Ade memtuskan jalinan kasihnya, hal ini dibuktikan dengan kemarahan dan ejekan Hafitd yang bertubi-tubi di account twitter milik Adesara, @adesaraa. Lalu mengapa Sifa terlibat dalam pembunuhan ini, ia mengakui pada awak media bahwa keterlibatannya pada pembunuhan Ade Sara adalah karena perasan takutnya jika Hafitd akan kembali lagi kepada Sara.

Sebuah konflik cinta segitiga remaja yang biasa sebenarnya. Saya rasa hampir semua remaja yang sudah pernah merasakan pacaran, juga mengalami kemarahan saat diputuskan dan ketakutan jika kekasihnya kembali ke pelukan sang mantan. Satu hal yang membuat kasus ini menjadi luar biasa adalah endingnya yang harus berujung pada kematian salah satu pelakon drama cinta tersebut.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah "Mengapa?". Ya, mengapa Danang Sutowijoyo begitu tega ,membunuh kucing-kucing itu tanpa perasaan? menembaknya sebagai binatang uji coba untuk peluru? Dan, benarkah efek cinta yang begitu kuat pada Hafitd dan Sifa, menjadi satu-satunya alasan mengapa merka begitu tega membunuh Ade dengan memukul, menyetrum, dan menyumpal mulutnya dengan koran lalu kemudian melemparkan mayatnya di pinggiran tol? Apa yang membuat mereka semua seperti itu? Tak adakah ketakutan saat itu?


Danang, Hafitd dan Sifa bahkan sepertinya tak nampak menyesal atas apa yang telah mereka perbuat. Danang, ia bahkan menantang orang-orang yang menyeretnya ke ranah hukum dengan kata-kata "Saya tak perlu takut mengahadapi apapun. selagi saya masih merasa saya benar.".

Tak hanya Danang, Hafitd dan Sifa juga melakukan hal serupa, beberapa orang di twitter bahkan melabeli mereka dengan sebutan "KING & DRAMA QUEEN". ya, di account twitternya masing-masing mereka bahkan terlihat shock dan kaget atas kematian Ade, tak hanya itu, mereka bahkan ikut datang untuk melayat Ade.


Lalu, benarkah mereka semua adalah psikopat?

Psikopat dapat diartikan sebagai penyakit gangguan kejiwaan, penderita psikopat biasanya suka menyendiri dan anti sosial. Ia bersikap introvert (tertutup), tapi seketika juga bisa menjadi agresivve dan sulit di prediksi. Menurut sebuah penelitian, 1 % dari total populasi dunia mengidap psikopat. sayangnya, penderita psikopat ini susah ditebak. mereka bukan orang gila yang akan melakukan segala hal di bawah alam sadar mereka. segala hal yang mereka lakukan selalu terencana, terorganisir, rapi dan matang.

Dari populasi seluruh psikopat yang ada di dunia, 15-20 persennya adalah pemerkosa, pembunuh dan koruptor. lebih dari itu, mereka tidak terlihatsebagai psikopat karena penampilannya yang menawan, mempesona, mempunyai daya tarik dan meskipun introvert, ia tetap sosok yang menyenangkan.

Berikut ini tanda-tanda psikopat antara lain:


  1. Sering berbohong, fasih, dan dangkal.
  2. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
  3. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Kadang-kadang psikopat mengakui perbuatannya, namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
  4. Senang melakukan pelanggaran di waktu kecil.
  5. Sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat.
  6. Kurang empati. Bagi psikopat, memotong kepala ayam dan memotong kepala orang tidak ada bedanya.
  7. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
  8. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Tidak ada waktu bagi seorang psikopat untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
  9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
  10. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki tanggapan fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, ataupun gemetar. Pengidap psikopat tidak memiliki perasaan tersebut, karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah “dingin”.
  11. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
  12. Biasanya sangat cerdas dan mungkin paling cerdas ketika dibandingkan dengan anak-anak yang lain.
  13. Biasanya banyak mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya dan marah jika orang lain menyalahkannya. Merasa paling benar, dan biasanya anggapannya itu memang benar.
  14. Mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Biasanya banyak yang benar dan sangat sedikit sekali yang salah.
  15. Memiliki perkiraan dengan akurasi yang tinggi (perkiraannya jarang salah dan kebanyakan adalah benar atau benar semuanya).
Lalu, benarkah semua pelaku pembunuhan diatas adalah psikopat?

Tentu saja kesimpulan iya dan tidak, bukan jawaban cepat yang bisa dilontarkan begitu saja. butuh tes kejiwaan yang harus dilakukan oleh para pakar untuk menyimpulkan hal ini. Para psikopat biasanya terlahir dari suasana keluarga yang kurang mendukung sehingga si anak pada masa kecilnya merasa terabaikan. Seperti halnya Hafitd, menurut sebuah sumber yang bisa dipercaya, ia terlahir bukan dari keluarga damai yang utuh. Merasakan diabaikan, ia kemudian mencari hiburan dari layar tv tanpa kontrol orang tuanya. jadilah, masa kecilnya ia penuhi dengan dvd-dvd kekerasan yang belum sepantasnya ia tonton waktu seusianya saat itu.


Terlepas dari psikopat atau tidak, tetap saja tidak akan ada pembenaran dan legitimasi atas pembunuhan yang mereka lakukan. baik hewan ataupun manusia yang menjadi sasaran, pembunuhan adalah satu kejahatan kriminal tingkat tinggi yang hukumannya bisa berupa hukuman mati atau bahkan hukuman seumur hidup.


Lalu apa yang terjadi jika sudah begitu?


Penyesalan?


Mungkin sebagian besar penderita psikopat tidak merasakan ini setelah apa yang dilakukannya.


Tapi dengan kasu-kasus pembunuhan ini seyogyanya memberikan kita pelajaran dan pengalaman. segala perbuatan mengundang resiko. segala reaksi muncul karena ada aksi. Lalu apa yang harus kita lakukan?


Berpikirlah sebelum melakukan segala hal.


*Dikutip dari beberapa sumber*
leer más...
 
 

Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
Ir Arriba