“(Dengan gaya khas Ariel saat akan menyanyikan Lagu Ada
Apa Denganmu)… Lagu ini gw persembahkan buat yang udah bikin gw galau
banget…IKLAN, this is special for you.”
Iklan oh iklan….
Terobsesi
menjadi detektif professional macam Conan, gw akhirnya memutuskan untuk
mengamati seluruh jenis iklan yang diizinkan tayang di TV. Satu demi
satu gw mulai ngamatin iklan2 itu. Dari iklan obat panu, permen,
makanan2 ringan, minuman, iklan resto, tempat makan dan masih banyak
lagi. Seperti yang lain, awalnya gw juga biasa aja menikmati iklan2 itu.
Tapi lama kelamaan, gw mulai ngelihat pengaruh buruk dari setiap iklan
yg gw lihat. You know what? Guys, gw jadi mahluk yang labil sejak jadi
penikmat iklan. Bayangin aja, dalam lima menit ada berapa iklan sih yang
eksis di TV? Nah, dalam lima menit itu aja, gw udah bisa jadi happy,
sedih, sinis, ngegerutu, ngedumel, bingung, heran, speechless, dan masih
banyak lagi perasaan yang bisa ikut tercampur dalam lima menit itu.
Sumpah, gw baru tahu kalau iklan itu punya dampak yang tidak terlalu
bagus buat kondisi psikologis. Dan gara2 iklan juga, waktu itu gw pernah
BT maksimal dan berusaha ngembaliin mood gw ke kondisi yang sedikit
lebih baik. Gw nyoba lempar senyum kesana kemari dan gak peduli orang
anggep gw gila atau apa. Setelah susah2 memaksakan diri menjadi
seseorang dg mood lebih baik, mood gw terpaksa tiarap lagi gara2 liat
iklan yang gak banget…lu tau iklan apaan? Yupz, iklan mie yang
mendiskriminasikan ayam dan lebih mendominankan sapi. Asli guys, gw enek
abis. Sebagai penggemar ayam, gw merasa kalau selera gw juga
didiskriminasikan dong? Lagi sebel2nya karena iklan itu, gw pulang ke
rumah dan nemuin Ayam piaran Babeh gw lg lemas tak berdaya, dia menatap
TV di ruang keluarga dari balik jendela yang terbuka. Dan saat itu, saat
itu TV sedang menampakan iklan mie itu lagi guys!! Gw nunduk, gw elus2
kepala ayam babeh gw dan dia bales natep gw dengan tatapan sendu yang
mengiris2 hati gw.
Dan dengan berlinang air mata serta penuh penghayatan, gw menghibur ayam Babeh gw itu.
“Sudahlah, buat gw lu tetap spesial kok.”
Dan
seperti mengerti bahasa gw, ayam itu berdiri tegak lalu berjalan
meninggalkan gw. Si ayam ini mendekat ke rak sepatu dan gw yang berpikir
kalau dia mau gantung diri dengan tali sepatu gw, langsung ngejauhin
dia dari rak itu. Dia nurut, pergi dengan wajah menunduk.
Sumpah, syahdu bgt deh suasananya.
Gw
mulai mikir, iklan yang mendiskriminasikan ayam dan mendominankan sapi
itu sepertinya memang cerminan keadaan Indonesia saat ini. Iya gak sih?
Beberapa hari belum lama ini gw nonton TV dang w ngeliat seorang kakek
yang divonis 2 bulan hanya gara2 dia nyolong kayu sepanjang 250 cm,
gan!! Gila kan? Penggaris gw aja yang ilang di SMA dulu kalo digabungin
pasti udah lebih dari 250 cm kok, tapi gw santai2 aja tuh. Nah, seperti
sebuah kontradiksi, gak lama kemudian gw lihat berita tentang keputusan
pemberian remisi pada tahanan koruptor!! Hello, Negara ini sebenernya
apa kabarnya sih? Oke, gw mulai paham apa alasan produser iklan tersebut
bikin iklan yang mendiskriminasikan “si kecil” karena keberadaan “si
besar”. Tapi Aduh please deh, gw rasa iklan itu lebih baik distop aja
sebelum ayam babeh gw bener2 gantung diri di pohon cabe pake tali
sepatu. Aduh, gak elit bgt kan kalo gara2 berita itu keluarga gw masuk
headline surat kabar dan keluarga gw dituduh sebagai pemelihara yang gak
bertanggung jawab. Haha, hari ini selain musim galau juga sedang musim
rekayasa berita, saudara2!!
Gak cuman iklan mie yang bikin gw sebel dan khawatir terhadap ayam piaraan bokap gw, gw juga punya cerita lain tentang iklan.
Ada
sebuah iklan permen yang gw anggap konyol dan gak masuk akal. Gw harap
kalian masih ingat sama salah satu iklan permen yang jargonnya gini “Ini
pensil, ini permen mintz! Daripada gigit pensil, mendingan gigit permen
mintz!” saat ngelihat iklan itu dulu, satu pertanyaan muncul di otak
gw. Seandainya otak gw ada lampu warna-warninya, gw rasa lampu2 itu akan
berkedap-kedip dan memproyeksikan gambar bintang2 kecil kaya di acara2
kartun gitu. Waktu itu pertanyaan gw adalah “Apa iklan itu bermaksud
menawarkan permen mintz untuk menggantikan posisi permen karet?”
Gw
tanya sama kalian, dalam posisi apa sih seseorang megang pensil? Ujian?
Tukang jahit yang lagi gambar pola? Tukang kayu yang mau motong kayu?
Oke, anggap aja semuanya benar. Tapi sebelum iklan itu muncul, yang
dikunyah dalam mulut mereka ya permen karet, bukan permen mintz! Nah,
setelah ngeliat iklan itu, gw mulai berkesimpulan kalau itu iklan permen
bermaksud menggeser posisi kawan satu spesiesnya sendiri, permen karet.
Tapi yang aneh dengan iklan ini adalah, “Bodoh bgt sih pemilik
produknya, seolah2 mereka ingin membatasi konsumen produknya sendiri.”
Kenapa gitu? Yaialah, dg jargonnya yang semcam itu, mereka seolah2 hanya
menjadikan orang2 yang megang pensil sebagai sasaran penjualan produk
mereka. Seberapa banyak sih orang yang gigit2 pensil? Di mall yang
segede2 gitu juga gw gak nemuin satupun orang yg gigit2 pensil. Paling
banter gw nemuin juga paling banyak ada lima orang pas ujian semesteran.
Berhubung gw pikir iklan itu salah sasaran ke populasi yg beranggotakan sedikit orang, hati nurani gw pun ikut bicara.
“Mbak, ini kembaliannya buat permen aja ya.” Waktu itu gw lagi beli pulpen di tempat fotocopyan.
“Iya.” Gw langsung jawab tanpa mikir apa2 dulu. spontanitas aja gitu….
“Ini Mbak.” Ucap si Mas2 fotocopyan sambil nyerahin beberapa permen kopi ke hadapan gw.
“Ayu,
lu mau ujian! permen itu gak match deh!!” hati nurani gw berteriak
kenceng. Gw mandangin si Mas2 fotocopyan, berharap gak kaya di sinetron.
Kalo disinetron kan orang lain bisa denger suara hati kita kan? Nah,
kalo itu kejadian, gw rasa dia bakal tersinggung deh.
Aku diam dan berpikir sesaat.
“Mas, ga ada permen lain ya?” tanya gw akhirnya.
Si Mas menatap bingung, mungkin dia berpikir jika “Lain” itu merk terbaru dari sebuah produk permen.
“Gak
ada, Mba. Cuma ada permen yupi, blazer, dynamite dan mintz.” Jawab si
Mas dengan wajah lugu maksimal. Bener kana pa kata gw, dia pasti ngira
kalo “Lain” itu merk permen terbaru.
Wajah gw berseri-seri
dan merona bahagia demi mendengar permen mintz itu disebut. Hah, Tuhan
memberikan gw kesempatan menolong kapitalis yang tidak cerdas rupanya…
“Ya udah, Mas. Permen mintz’nya aja lah kalau gitu. Gw mau ujian nih.”
Si Mas2 Fotocopyan gak langsung ngambil permen yg gw mau, dia malah natap gw dengan mata suram saking penuh tanda tanya.
“Apa hubungannya, Mbak?” tanya si Mas Fotocopyan.
Gw
ngehela nafas, dan menatap si Mas2 dengan pandangan yang….entahlah.
seandainya gw ngaca-pun, kayaknya gw gak bakal bener2 tau apa arti
pandangan gw yang sebenernya.
“Mas, daripada gw kesedak
pensil kalo lagi gigit2 pensil, mending gigit2 permen mintz kan?” ucap
gw sambil nunjukin pulpen yang baru gw beli. Gw harap dia gak akan nyela
gw gara2 nunjukin pulpen tapi ngomong pensil. Cukup, gw gak ingin makin
banyak orang yang sadar kalau otak gw gak sinkron sama tindakan gw.
Si Mas fotocopyan tertawa. Sepintas gw lihat tawanya mirip kebingungan gw waktu pertama kali liat iklan permen mintz itu.
Saat ujian berlangsung!!
“Buat yang makan permen, silahkan keluar dan buang permennya!” perintah si pengawas ujian yang baru aja ngelewatin gw.
Baru aja gw mau beranjak dari tempat duduk gw, gw langsung duduk lagi.
“Kamu, saya suruh kamu buang permen! Keluar!” ucap si pengawas tepat di samping bangku tempat duduk gw.
Seperti
halnya ayam babeh gw dan Mas Fotocopyan tadi, gw menatap pengawas itu
dengan pandangan memelas dan suram. Bayangan dikeluarkan dari ruang
ujian sudah memnuhi rongga otak gw.
“Kenapa? Keluar sekarang!” Meskipun masih ngegas, tuh pengawas sedikit mengurangi frekuensi bentakannya.
“Ibu, lebih baik saya gigit permen mintz daripada saya gigit2 pensil kan, Bu?”
Seketika tawa membahana, tapi gw masih nampang melas.
“Kamu gak pegang pensil, kamu ngisi ujian ini pake pulpen!”
Dengan
wajah pasrah sepasrah2nya, gw keluar kelas dan membuang isi mulut gw ke
tong sampah. Sebelum masuk lagi ke ruang kelas, gw sempet say good bye
dulu sama si mintz yang terkapar tidak berdaya di tong sampah penuh bau
busuk.
Kesimpulan yg sama gw ambil dari iklan permen
mintz. Sama aja seperti sebelumnya, iklan ini menurut gw juga
menggammbarkan keadaan Negara kita saat ini. Yupz, seperti iklan mintz
yang gw rasa salah sasaran, di Negara inipun salah sasaran bukan menjadi
hal yang ajaib lagi. Mulai dari kasus salah tangkap, sampai salah
sasaran ngegelontorin dana sekian milliard atau triliun yang sebenernya
buat kaum dominan dan marjinal malah buat kaum yang minoritas tapi
eksklusif. Iklan ini menurut gw adalah cerminan betapa salah sasaran
menjadi hal yang sah di Negeri ini.
Lalu satu iklan lagi
yang bikin gw mikir kalau ini adalah proyeksi dari keadaan Negara kita
dewasa ini. Iklan apa? Itu lho, iklan restoran makanan cepat saji yang
backsoundnya suara anak kecil dan jargonnya “Disini, semua orang
tersenyum!” nah, tahu kan? Okelah, karena gw gak mau nyusahin orang, gw
kasih tau aja kalau itu iklan McD.
Waktu itu hari ketiga
gw di Jakarta dan anak kerabat gw yang rumahnya gw tempatin sedang
sakit. Nah, kalau orang lagi sakit boro2 bisa senyum kan? Laper aja dia
harus nahan gak makan gara2 mulutnya gak enak buat makan.
Terinspirasi
dari iklan McD yang katanya tuh tempat bisa bikin orang2 tersenyum, gw
bawa anak kerabat gw kesana. Sesampainya disana, gw tatap wajah anak
kerabat gw itu dalem2. Entahlah, gw berharap pengunjung McD yang lainnya
gak nyangkain kalau kita ini pasangan lesbi paling popular abad ini.
Setelah sekian lama gw tatap, si anak kerabat gw yang bernama Sheila ini
sama sekali gak senyum. Gw mulai deg2an dan sebal, benar2 merasa
tertipu.
“Shel, lu kok gak senyum?” tanya gw sambil meminum minuman yang udah disuguhkan waiter.
“Hah, apaan?” tanya Sheila dengan suaranya yg terdengar ngondek. Maklumlah, dia juga kena flu.
“Senyummmmm.” Ucap gw sambil tangan gw menarik dua ujung bibir gw membentuk senyuman.
“Boro2
senyum, lu ngapain sih bawain gw kesini?” ngeliat si Sheila jengkel gw
jadi berasa sama dengan ngelihat banci lagi marah. Banci kan suaranya
ngondek…
“Kan disini semua bisa tersenyum!” Ucap gw tanpa rasa dosa sedikitpun.
“Lu mulai ketularan Iroh ya?” Sheila menatap gw dengan tatapan maha anehnya yang pernah gw lihat.
Gw berpikir sebentar sebelum menjawab, tapi sepertinya iya.
Setelah memuaskan nafsu mengejeknya padaku, Sheila mau tidak mau langsung memakan burger yg sudah ia pesan.
Saat
sepupu gw itu sedang makan burger itu, mataku menjelajah hampir seluruh
isi ruangan McD yg masih bisa terjangkau oleh mata minusku.
Saudara2!!! Ternyata iklan itu hanyalah kebohongan public!!
Di
sudut kanan dari tempat duduk gw dan Sheila, gw ngelihat seorang Ibu
lagi kesal ngebujuk anaknya makan dan GW GAK LIHAT DIA SENYUM, si anak
juga cemberut gara2 dipaksa makan. Di lain sisi gw ngelihat seorang
pasangan muda mudi (gw lihat dari cara mereka yang milih duduk
bersebelahan daripada berhadap-hadapan, ini teori gw lho. Harap terapkan
hanya pada situasi dan kondisi yang sesuai aja), yg cewek asyik sama
BB-nya dan yang cowok nunduk dengan tatapan bersalah, GAK ADA SENYUM.
Lalu lain lagi, gw ngelihat sekumpulan laki2 n perempuan yg gw pikir
para karyawan perusahaan, karena seragam mereka sama. Duduk dan diskusi
serius sambil salah satu nunjuk2 kertas di hadapan karyawan lainnya.
Yang lain dari itu, nunduk natap leppy atau ada juga yang lg nulis2, GAK
ADA SENYUM, bro. Dari sampel itu gw menyimpulkan kalau iklan McD juga
salah satu iklan yang mencerminkan kebiasaan Negara ini. Kebiasaan apa?
Bohong. Yupz, gw pernah kok bohong, maklumlah gw kan anak Indonesia.
Belum
lama kemarin media heboh memberitakan kebohongan Angelina Sondakh saat
jadi saksi kasus korupsi Nazarrudin, lalu mundur ke belakang lagi kita
juga disuguhi berita kebohongan sekjen DPR yang mengaku sama sekali
tidak tau tentang renovasi ruangan Banggar, mundur sedikit lagi (ati2,
sesekali sambil nengok ya biar ga nabrak tembok di belakang), kita juga
dibohongi oleh Nunun yang ngaku2 sakit tapi ternyata kata pembantunya
malah liburan di Singapura. So…? Anyway,gw menyimpulkan kalau semua
iklan yang beredar saat ini adalah sebuah cerminan dari kondisi Bangsa
yang tidak stabil sehingga juga menciptakan kelabilan pada para penikmat
iklan tersebut (termasuk gw). Oke, ekspos identitas diri emang bagus
kok. Tapi apa iklan2 ini sudah jadi anggota alay yang punya kepribadian
lebai? Please deh, ekspos diri dan show off identitas dirinya gak usah
kebangetan gitu.
Masih banyak sebenernya menurut gw iklan
yang ngaco dan sama sekali gak ada hubungannya. Contohnya iklan salah
satu makanan ringan yang dalam iklannya si bintang iklan pada jalan
ngangkang dg dengkul ditekuk kedepan lalu teriak “Tory…Tory…Tory…”
Hello, apa hubungannya sih iklan makanan ringan ama jalan ngangkang yang
pamer selangkangan? Tuh makanan masuk lewat mulut kan, bukan
selangkangan. Lalu iklan obat panu yang diawali dengan adegan pijat2an
dan kemudian tampil seorang wanita cantik dg baju seksi lewat, ini iklan
obat panu apa promosi bokep? Setelah itu iklan minuman yg dibintangi
boyband dengan anggotanya yg salah satu pakai baju belahan dada nyampe
hampir separuh dadanya kelihatan. Lu mau nyuruh orang minum itu the, apa
nawarin dia buat ngempeng?
Huh, kadang gw gak ngerti dg
sesuatu yg bikin gw gak ngerti. Tapi ya itulah, gw malah tertarik dg
banyak hal yg gw gak ngerti sama sekali. Kadang dari hal3 yang
sebenarnya terabaikan, dianggap sepele dan gw gak ngerti, gw malah mampu
nangkep “tanda” lain yang sebenernya jadi makna dibalik itu. Guys, ada
kalanya akan lebih baik kita tahu sesuatu yang ada di “dalem” dulu,
daripada terlalu ribet ngurus yang “diluar”.
Monday, October 6, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 respons:
Post a Comment