Monday, October 6, 2014

IKLAN…ADA APA DENGANMU?

| |

“(Dengan gaya khas Ariel saat akan menyanyikan Lagu Ada Apa Denganmu)… Lagu ini gw persembahkan buat yang udah bikin gw galau banget…IKLAN, this is special for you.”

Iklan oh iklan….

Terobsesi menjadi detektif professional macam Conan, gw akhirnya memutuskan untuk mengamati seluruh jenis iklan yang diizinkan tayang di TV. Satu demi satu gw mulai ngamatin iklan2 itu. Dari iklan obat panu, permen, makanan2 ringan, minuman, iklan resto, tempat makan dan masih banyak lagi. Seperti yang lain, awalnya gw juga biasa aja menikmati iklan2 itu. Tapi lama kelamaan, gw mulai ngelihat pengaruh buruk dari setiap iklan yg gw lihat. You know what? Guys, gw jadi mahluk yang labil sejak jadi penikmat iklan. Bayangin aja, dalam lima menit ada berapa iklan sih yang eksis di TV? Nah, dalam lima menit itu aja, gw udah bisa jadi happy, sedih, sinis, ngegerutu, ngedumel, bingung, heran, speechless, dan masih banyak lagi perasaan yang bisa ikut tercampur dalam lima menit itu. Sumpah, gw baru tahu kalau iklan itu punya dampak yang tidak terlalu bagus buat kondisi psikologis. Dan gara2 iklan juga, waktu itu gw pernah BT maksimal dan berusaha ngembaliin mood gw ke kondisi yang sedikit lebih baik. Gw nyoba lempar senyum kesana kemari dan gak peduli orang anggep gw gila atau apa. Setelah susah2 memaksakan diri menjadi seseorang dg mood lebih baik, mood gw terpaksa tiarap lagi gara2 liat iklan yang gak banget…lu tau iklan apaan? Yupz, iklan mie yang mendiskriminasikan ayam dan lebih mendominankan sapi. Asli guys, gw enek abis. Sebagai penggemar ayam, gw merasa kalau selera gw juga didiskriminasikan dong? Lagi sebel2nya karena iklan itu, gw pulang ke rumah dan nemuin Ayam piaran Babeh gw lg lemas tak berdaya, dia menatap TV di ruang keluarga dari balik jendela yang terbuka. Dan saat itu, saat itu TV sedang menampakan iklan mie itu lagi guys!! Gw nunduk, gw elus2 kepala ayam babeh gw dan dia bales natep gw dengan tatapan sendu yang mengiris2 hati gw.

Dan dengan berlinang air mata serta penuh penghayatan, gw menghibur ayam Babeh gw itu.

“Sudahlah, buat gw lu tetap spesial kok.”

Dan seperti mengerti bahasa gw, ayam itu berdiri tegak lalu berjalan meninggalkan gw. Si ayam ini mendekat ke rak sepatu dan gw yang berpikir kalau dia mau gantung diri dengan tali sepatu gw, langsung ngejauhin dia dari rak itu. Dia nurut, pergi dengan wajah menunduk.

Sumpah, syahdu bgt deh suasananya.

Gw mulai mikir, iklan yang mendiskriminasikan ayam dan mendominankan sapi itu sepertinya memang cerminan keadaan Indonesia saat ini. Iya gak sih? Beberapa hari belum lama ini gw nonton TV dang w ngeliat seorang kakek yang divonis 2 bulan hanya gara2 dia nyolong kayu sepanjang 250 cm, gan!! Gila kan? Penggaris gw aja yang ilang di SMA dulu kalo digabungin pasti udah lebih dari 250 cm kok, tapi gw santai2 aja tuh. Nah, seperti sebuah kontradiksi, gak lama kemudian gw lihat berita tentang keputusan pemberian remisi pada tahanan koruptor!! Hello, Negara ini sebenernya apa kabarnya sih? Oke, gw mulai paham apa alasan produser iklan tersebut bikin iklan yang mendiskriminasikan “si kecil” karena keberadaan “si besar”. Tapi Aduh please deh, gw rasa iklan itu lebih baik distop aja sebelum ayam babeh gw bener2 gantung diri di pohon cabe pake tali sepatu. Aduh, gak elit bgt kan kalo gara2 berita itu keluarga gw masuk headline surat kabar dan keluarga gw dituduh sebagai pemelihara yang gak bertanggung jawab. Haha, hari ini selain musim galau juga sedang musim rekayasa berita, saudara2!!

Gak cuman iklan mie yang bikin gw sebel dan khawatir terhadap ayam piaraan bokap gw, gw juga punya cerita lain tentang iklan.

Ada sebuah iklan permen yang gw anggap konyol dan gak masuk akal. Gw harap kalian masih ingat sama salah satu iklan permen yang jargonnya gini “Ini pensil, ini permen mintz! Daripada gigit pensil, mendingan gigit permen mintz!” saat ngelihat iklan itu dulu, satu pertanyaan muncul di otak gw. Seandainya otak gw ada lampu warna-warninya, gw rasa lampu2 itu akan berkedap-kedip dan memproyeksikan gambar bintang2 kecil kaya di acara2 kartun gitu. Waktu itu pertanyaan gw adalah “Apa iklan itu bermaksud menawarkan permen mintz untuk menggantikan posisi permen karet?”

Gw tanya sama kalian, dalam posisi apa sih seseorang megang pensil? Ujian? Tukang jahit yang lagi gambar pola? Tukang kayu yang mau motong kayu? Oke, anggap aja semuanya benar. Tapi sebelum iklan itu muncul, yang dikunyah dalam mulut mereka ya permen karet, bukan permen mintz! Nah, setelah ngeliat iklan itu, gw mulai berkesimpulan kalau itu iklan permen bermaksud menggeser posisi kawan satu spesiesnya sendiri, permen karet. Tapi yang aneh dengan iklan ini adalah, “Bodoh bgt sih pemilik produknya, seolah2 mereka ingin membatasi konsumen produknya sendiri.” Kenapa gitu? Yaialah, dg jargonnya yang semcam itu, mereka seolah2 hanya menjadikan orang2 yang megang pensil sebagai sasaran penjualan produk mereka. Seberapa banyak sih orang yang gigit2 pensil? Di mall yang segede2 gitu juga gw gak nemuin satupun orang yg gigit2 pensil. Paling banter gw nemuin juga paling banyak ada lima orang pas ujian semesteran.

Berhubung gw pikir iklan itu salah sasaran ke populasi yg beranggotakan sedikit orang, hati nurani gw pun ikut bicara.

“Mbak, ini kembaliannya buat permen aja ya.” Waktu itu gw lagi beli pulpen di tempat fotocopyan.

“Iya.” Gw langsung jawab tanpa mikir apa2 dulu. spontanitas aja gitu….

“Ini Mbak.” Ucap si Mas2 fotocopyan sambil nyerahin beberapa permen kopi ke hadapan gw.

“Ayu, lu mau ujian! permen itu gak match deh!!” hati nurani gw berteriak kenceng. Gw mandangin si Mas2 fotocopyan, berharap gak kaya di sinetron. Kalo disinetron kan orang lain bisa denger suara hati kita kan? Nah, kalo itu kejadian, gw rasa dia bakal tersinggung deh.

Aku diam dan berpikir sesaat.

“Mas, ga ada permen lain ya?” tanya gw akhirnya.

Si Mas menatap bingung, mungkin dia berpikir jika “Lain” itu merk terbaru dari sebuah produk permen.

“Gak ada, Mba. Cuma ada permen yupi, blazer, dynamite dan mintz.” Jawab si Mas dengan wajah lugu maksimal. Bener kana pa kata gw, dia pasti ngira kalo “Lain” itu merk permen terbaru.

Wajah gw berseri-seri dan merona bahagia demi mendengar permen mintz itu disebut. Hah, Tuhan memberikan gw kesempatan menolong kapitalis yang tidak cerdas rupanya…

“Ya udah, Mas. Permen mintz’nya aja lah kalau gitu. Gw mau ujian nih.”

Si Mas2 Fotocopyan gak langsung ngambil permen yg gw mau, dia malah natap gw dengan mata suram saking penuh tanda tanya.

“Apa hubungannya, Mbak?” tanya si Mas Fotocopyan.

Gw ngehela nafas, dan menatap si Mas2 dengan pandangan yang….entahlah. seandainya gw ngaca-pun, kayaknya gw gak bakal bener2 tau apa arti pandangan gw yang sebenernya.

“Mas, daripada gw kesedak pensil kalo lagi gigit2 pensil, mending gigit2 permen mintz kan?” ucap gw sambil nunjukin pulpen yang baru gw beli. Gw harap dia gak akan nyela gw gara2 nunjukin pulpen tapi ngomong pensil. Cukup, gw gak ingin makin banyak orang yang sadar kalau otak gw gak sinkron sama tindakan gw.

Si Mas fotocopyan tertawa. Sepintas gw lihat tawanya mirip kebingungan gw waktu pertama kali liat iklan permen mintz itu.

Saat ujian berlangsung!!

“Buat yang makan permen, silahkan keluar dan buang permennya!” perintah si pengawas ujian yang baru aja ngelewatin gw.

Baru aja gw mau beranjak dari tempat duduk gw, gw langsung duduk lagi.

“Kamu, saya suruh kamu buang permen! Keluar!” ucap si pengawas tepat di samping bangku tempat duduk gw.
Seperti halnya ayam babeh gw dan Mas Fotocopyan tadi, gw menatap pengawas itu dengan pandangan memelas dan suram. Bayangan dikeluarkan dari ruang ujian sudah memnuhi rongga otak gw.

“Kenapa? Keluar sekarang!” Meskipun masih ngegas, tuh pengawas sedikit mengurangi frekuensi bentakannya.

“Ibu, lebih baik saya gigit permen mintz daripada saya gigit2 pensil kan, Bu?”

Seketika tawa membahana, tapi gw masih nampang melas.

“Kamu gak pegang pensil, kamu ngisi ujian ini pake pulpen!”

Dengan wajah pasrah sepasrah2nya, gw keluar kelas dan membuang isi mulut gw ke tong sampah. Sebelum masuk lagi ke ruang kelas, gw sempet say good bye dulu sama si mintz yang terkapar tidak berdaya di tong sampah penuh bau busuk.

Kesimpulan yg sama gw ambil dari iklan permen mintz. Sama aja seperti sebelumnya, iklan ini menurut gw juga menggammbarkan keadaan Negara kita saat ini. Yupz, seperti iklan mintz yang gw rasa salah sasaran, di Negara inipun salah sasaran bukan menjadi hal yang ajaib lagi. Mulai dari kasus salah tangkap, sampai salah sasaran ngegelontorin dana sekian milliard atau triliun yang sebenernya buat kaum dominan dan marjinal malah buat kaum yang minoritas tapi eksklusif. Iklan ini menurut gw adalah cerminan betapa salah sasaran menjadi hal yang sah di Negeri ini.

Lalu satu iklan lagi yang bikin gw mikir kalau ini adalah proyeksi dari keadaan Negara kita dewasa ini. Iklan apa? Itu lho, iklan restoran makanan cepat saji yang backsoundnya suara anak kecil dan jargonnya “Disini, semua orang tersenyum!” nah, tahu kan? Okelah, karena gw gak mau nyusahin orang, gw kasih tau aja kalau itu iklan McD.

Waktu itu hari ketiga gw di Jakarta dan anak kerabat gw yang rumahnya gw tempatin sedang sakit. Nah, kalau orang lagi sakit boro2 bisa senyum kan? Laper aja dia harus nahan gak makan gara2 mulutnya gak enak buat makan.

Terinspirasi dari iklan McD yang katanya tuh tempat bisa bikin orang2 tersenyum, gw bawa anak kerabat gw kesana. Sesampainya disana, gw tatap wajah anak kerabat gw itu dalem2. Entahlah, gw berharap pengunjung McD yang lainnya gak nyangkain kalau kita ini pasangan lesbi paling popular abad ini. Setelah sekian lama gw tatap, si anak kerabat gw yang bernama Sheila ini sama sekali gak senyum. Gw mulai deg2an dan sebal, benar2 merasa tertipu.

“Shel, lu kok gak senyum?” tanya gw sambil meminum minuman yang udah disuguhkan waiter.

“Hah, apaan?” tanya Sheila dengan suaranya yg terdengar ngondek. Maklumlah, dia juga kena flu.

“Senyummmmm.” Ucap gw sambil tangan gw menarik dua ujung bibir gw membentuk senyuman.

“Boro2 senyum, lu ngapain sih bawain gw kesini?” ngeliat si Sheila jengkel gw jadi berasa sama dengan ngelihat banci lagi marah. Banci kan suaranya ngondek…

“Kan disini semua bisa tersenyum!” Ucap gw tanpa rasa dosa sedikitpun.

“Lu mulai ketularan Iroh ya?” Sheila menatap gw dengan tatapan maha anehnya yang pernah gw lihat.

Gw berpikir sebentar sebelum menjawab, tapi sepertinya iya.

Setelah memuaskan nafsu mengejeknya padaku, Sheila mau tidak mau langsung memakan burger yg sudah ia pesan.

Saat sepupu gw itu sedang makan burger itu, mataku menjelajah hampir seluruh isi ruangan McD yg masih bisa terjangkau oleh mata minusku.

Saudara2!!! Ternyata iklan itu hanyalah kebohongan public!!

Di sudut kanan dari tempat duduk gw dan Sheila, gw ngelihat seorang Ibu lagi kesal ngebujuk anaknya makan dan GW GAK LIHAT DIA SENYUM, si anak juga cemberut gara2 dipaksa makan. Di lain sisi gw ngelihat seorang pasangan muda mudi (gw lihat dari cara mereka yang milih duduk bersebelahan daripada berhadap-hadapan, ini teori gw lho. Harap terapkan hanya pada situasi dan kondisi yang sesuai aja), yg cewek asyik sama BB-nya dan yang cowok nunduk dengan tatapan bersalah, GAK ADA SENYUM. Lalu lain lagi, gw ngelihat sekumpulan laki2 n perempuan yg gw pikir para karyawan perusahaan, karena seragam mereka sama. Duduk dan diskusi serius sambil salah satu nunjuk2 kertas di hadapan karyawan lainnya. Yang lain dari itu, nunduk natap leppy atau ada juga yang lg nulis2, GAK ADA SENYUM, bro. Dari sampel itu gw menyimpulkan kalau iklan McD juga salah satu iklan yang mencerminkan kebiasaan Negara ini. Kebiasaan apa? Bohong. Yupz, gw pernah kok bohong, maklumlah gw kan anak Indonesia.

Belum lama kemarin media heboh memberitakan kebohongan Angelina Sondakh saat jadi saksi kasus korupsi Nazarrudin, lalu mundur ke belakang lagi kita juga disuguhi berita kebohongan sekjen DPR yang mengaku sama sekali tidak tau tentang renovasi ruangan Banggar, mundur sedikit lagi (ati2, sesekali sambil nengok ya biar ga nabrak tembok di belakang), kita juga dibohongi oleh Nunun yang ngaku2 sakit tapi ternyata kata pembantunya malah liburan di Singapura. So…? Anyway,gw menyimpulkan kalau semua iklan yang beredar saat ini adalah sebuah cerminan dari kondisi Bangsa yang tidak stabil sehingga juga menciptakan kelabilan pada para penikmat iklan tersebut (termasuk gw). Oke, ekspos identitas diri emang bagus kok. Tapi apa iklan2 ini sudah jadi anggota alay yang punya kepribadian lebai? Please deh, ekspos diri dan show off identitas dirinya gak usah kebangetan gitu.

Masih banyak sebenernya menurut gw iklan yang ngaco dan sama sekali gak ada hubungannya. Contohnya iklan salah satu makanan ringan yang dalam iklannya si bintang iklan pada jalan ngangkang dg dengkul ditekuk kedepan lalu teriak “Tory…Tory…Tory…” Hello, apa hubungannya sih iklan makanan ringan ama jalan ngangkang yang pamer selangkangan? Tuh makanan masuk lewat mulut kan, bukan selangkangan. Lalu iklan obat panu yang diawali dengan adegan pijat2an dan kemudian tampil seorang wanita cantik dg baju seksi lewat, ini iklan obat panu apa promosi bokep? Setelah itu iklan minuman yg dibintangi boyband dengan anggotanya yg salah satu pakai baju belahan dada nyampe hampir separuh dadanya kelihatan. Lu mau nyuruh orang minum itu the, apa nawarin dia buat ngempeng?

Huh, kadang gw gak ngerti dg sesuatu yg bikin gw gak ngerti. Tapi ya itulah, gw malah tertarik dg banyak hal yg gw gak ngerti sama sekali. Kadang dari hal3 yang sebenarnya terabaikan, dianggap sepele dan gw gak ngerti, gw malah mampu nangkep “tanda” lain yang sebenernya jadi makna dibalik itu. Guys, ada kalanya akan lebih baik kita tahu sesuatu yang ada di “dalem” dulu, daripada terlalu ribet ngurus yang “diluar”.

0 respons:

Ir arriba

Post a Comment

How time is it? :)

Hello Kitty In Black Magic Hat

In this BlogHaz click para ver Archivo

 
 

Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
Ir Arriba