Monday, October 13, 2014

SAAT “SI LADY” GAGAL KONSER

| |

(From: 23 Mei 2012)


Konser musik Lady Gaga yang rencananya akan diadakan pada 3 Juni 2012, banyak menimbulkan perdebatan dan kontroversi. Perdebatan berkembang di sekitar alasan pihak keamanan, organisasi pendukung pelarangan konser, dan pihak yang terheran-heran atas rencana pelarangan tersebut. Meskipun keduanya hanya baru bersifat akan “Lady Gaga akan konser di Indonesia” dan “Pihak lain akan tidak member izin”, hal ini sudah menimbulkan kontroversi yang luar biasa dahsyatnya. Topik perdebatan mereka adalah masalah kepatutan dan norma, sebuah batas subyektif dan fatamorgana yang bias dan kadang tidak jelas. Perdebatan yang cukup mengindikasikan masing-masing pihak. Dalam konteks ini, sikap dan peran organisasi kemasyarakatan jauh lebih besar menunjukan agresifitasnya. Seperti halnya Nahdlatul Ulama, ternyata organisasi ini malah lebih tidak jelas apakah menerima atau menolak. Saiia sendiri bukan pengamat musik, pengamat video dan fans Lady Gaga (Little Monster), tapi meskipun begitu pelarangan ini butuh penalaran dan alasan logis, bukan hanya karena tekanan dari kelompok garis keras yang akhir-akhir ini banyak menyita perhatian dengan aksi-aksi brutal dan liarnya.


Stefani Joanne Angelina Germanotta yang kemudian popular dengan nama panggung Lady Gaga adalah seorang wanita biasa yang lahir di New York pada tahun 1968. Diakui atau tidak, dia memang sangat berbakat, menjadi penulis lagu genre pop, dance dan electronic serta sekaligus penari, penampil dan aktivis. Album terakhirnya yang berjudul Born This Way (2011) menegaskan sikap dan pandangan hidup dia tentang kebebasan dan individualisme. Tema-tema yang dia ungkapkan tidak jauh pada persoalan seks, agama, duit, narkoba, identitas, pembebasan dan individualisme. Salah satu lirik dalam Born This Way menyatakan “I’m beautiful in my way, cause God makes no mistakes,” Tak peduli kau seorang “black, white, chola, Lebanese atau Orient, I was born to be brave”. Dalam konteks kebebasan, dia mengungkapkan, tak peduli kau seorang gay atau lesbian, “I was born this way”.


Beberapa ketidakbiasaan Lady Gaga adalah ketika tampil dan dalam video klipnya telah membangun opini publik yang bervariasi, menerima, menolak atau bahkan tidak jelas hingga setengah menerima atau setengah menolak dan bahkan berdiri di tengah2 antara menerima dan menolak. Anak muda yang mengimpikan kebebasan menyukai penampilannya dan menggemari serta menikmatinya dalam berbagai kontroversi. Salah satu konser kontroversialnya adalah ketika dia tampil dengan korset terbuka kemudian diserang pemain lain dan “dikunyah” tenggorokannya sehingga darah membanjiri dada. Pada akhirnya, Lady Gaga tergeletak di kubangan darah buatan. Padahal saat itu di daerah Bradford, Inggris baru saja terjadi pembunuhan dengan korban 12 warga biasa oleh seorang supir taksi. Kelompok-kelompok cinta keluarga memprotes pertunjukan tersebut, bahkan banyak penggemarnya yang keberatan dengan pertunjukan tersebut. Mereka mengecam Lady Gaga adalah sosok yang tidak punya empati, tidak peka terhadap keluarga serta situasi yang baru saja terjadi.

OUR PROBLEM
Persepsi campuran atas penampilan Lady Gaga ini juga berkembang di Negara Indonesia. Tidak cukup meyakinkan berapa banyak penggemar Lady Gaga di Indonesia, ini bisa dilihat dari angka penjualan tiket yang dilaporkan salah satu situs hiburan di Indonesia. Dalam laporannya situs itu mengatakan jika angka penjualan tiket Lady Gaga tidak sebanyak konser-konser artis luar Negeri lainnya seperti, David Foster, Ketty Perry, ataupun Andrea Bocelli. Karena itu, sebenernya memang tidak cukup meyakinkan juga bahwa akan banyak masyarakat Indonesia yang menikmati konser Lady Gaga. Satu hal yang menarik, untuk bisa tampil di Indonesia, pihak penyelenggara konser Lady Gaga bahkan juga mengatakan jika artisnya ini siap tampil dengan menyesuaikan pada kultur dan budaya Indonesia, termasuk memakai kebaya ala Lady Gaga.

Meski begitu ketika perdebatan muncul apakah izin akan diberikan atau tidak, masyarakat malah dibuat heran dengan rencana “tidak akan memberikan izin”. Keheranan itu muncul bukan karena mereka adalah “The Little Monster, fans Lady Gaga” tapi lebih karena pelarangan yang muncul pertama kali disampaikan oleh organisasi islam garis keras yang disertai dengan ancaman. Keheranan ini bahkan meningkat tarafnya menjadi ledekan saat pihak keamanan, bahkan menteri-pun ikut member andil suara untuk tidak memberikan izin kepada penyelenggara konser dengan alasan yang tidak masuk akal.


Beberapa Negara seperti Filipina juga didesak masyarakatnya agar tidak member izin konser Lady Gaga. Anak2 muda Filipina keberatan dengan konser Lady Gaga karena berbagai kontroversi yang pernah terjadi sebelumnya. Di Indonesia, ketika aparat berencana tidak akan memberikan izin konser karena bisa “merusak budaya dan moral bangsa”, rasa heran masyarakat memuncak lantaran alasan yang tidak masuk akal ini. ketika kepolisian memberikan alasan tersebut, di media massa, berita rencana penolakan konser Lady Gaga bersanding dengan berita korupsi, mulai kasus Angelina Sondakh, rekening gendut, hingga kasus korupsi biaya perjalanan dinas di berbagai institusi pemerintah. Penipuan dan manipulasi biaya perjalanan dinas di berbagai kementerian serta lemahnya peran dan fungsi inspektorat sebagai aparat internal yang tidak manjur membuat public muak dengan jargon “melindungi budaya bangsa”. Dan itu disampaikan justru ketika pihak kepolisian sendiri tampak kehilangan peran dalam pemberantasan korupsi, padahal mestinya merekalah yang menjadi actor utama dalam drama pemberantasan korupsi.


Permintaan pelarangan konser yang disertai dengan ancaman kelompok garis keras ini perlu disikapi dengan kepala dingin.
Pertama, sebagai Bangsa yang majemuk, kita tidak memiliki standar yang bisa dipatuhi semua pihak secara konsisten. Kita tidak memiliki kesepakatan bersama untuk menentukan “kerumunan” seperti apa yang bisa merusak budaya bangsa. Kita juga tidak memiliki patokan mana yang lebih merusak budaya bangsa antara sebuah konser yang pernah menampilakn artis bersimbah darah buatan , seperti konser Lady Gaga di Inggris dan serbuan kelompok atas yang lain yang lebih bersimbah darah   sungguhan karena kebencian serta nafsu ingin menghabisi secara nyata yang lebih merusak moral dan budaya bangsa ini. tanpa darah pun kita tidak memiliki patokan mana yang labih kejam, melarang orang beribadah, bahkan menghancurkan rumah ibadah, dan menuduh orang yang berbeda kepercayaan sebagai “orang lain” yang harus diperangi, atau ketidakbiasaan orang asing yang hanya datang sekali dalam waktu yang relative singkat dan kemudian pergi begitu saja.


Kedua, Negara berpenduduk keempat terbesar di dunia ini harus menunjukan ketegaran dan melepaskan diri dari tekanan siapapun. Pelarangan konser ini bisa jadi pertanda makin hilangnya kepercayaan rakyat pada Negara karena pemerintah gagal melindungi rakyat dari terror sesama warga bangsa.

0 respons:

Ir arriba

Post a Comment

How time is it? :)

Hello Kitty In Black Magic Hat

In this BlogHaz click para ver Archivo

 
 

Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
Ir Arriba